Rahayu di Gedung Voli

Rahayu di Gedung Voli

Salah satu yang terbesar adalah yang di Medan. Seluas 5 hektare. Lengkap dengan sekolah sampai tingkat SMA.

Demikian juga yang di Batam. Sampai punya perguruan tinggi. Pokoknya, tanyalah setiap vihara Maitreya. Pasti ada nama Arif Harsono di dalamnya.

”Rezeki saya ini dari Tuhan. Harus saya kembalikan ke Tuhan,” katanya suatu saat pada saya.

Bahan baku bisnisnya, oksigen, memang murni dari udara. Tidak ada campuran apa pun. Ia tidak harus menanam bahan baku. Juga tidak perlu menambang.

Nama perusahaannya: PT Samator. Ia unggul dari siapa pun. Pernah ia punya pesaing dari perusahaan raksasa. Dari Amerika pula.

Samator menang. 

Sudah lama perusahaan Amerika itu undur diri dari Indonesia. Kalah.

Arif Harsono lahir di Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Di daerah yang sangat gersang. Di sana, waktu itu, hanya ada pohon kelapa. Atau batu gunung.

Salah satu adiknya menderita sakit jantung bawaan. Tidak ada dokter jantung di Toli-Toli --pada 1964. Maka keluarga ini pindah ke Surabaya. Arif saat itu masih berumur 10 tahun. 

Sampai di Surabaya tidak bisa sekolah. Sekolah Tionghoa ditutup. Arif pun sekolah di SD Negeri. Itulah yang membawa Arif punya pergaulan yang luas. Teman-temannya tidak hanya dari kalangan Tionghoa.

Sang ayah --apalagi kalau bukan-- pengusaha kopra. Zaman itu kopra adalah emas-nya Indonesia. Sang ayah berteman baik dengan pedagang besar kopra lainnya: Eka Tjipta Widjaya. Yang kelak menjadi konglomerat terbesar di Indonesia --lewat grup Sinar Mas-nya. 

Sang ibu dimakamkan hari ini. Karangan bunga luar biasa panjangnya. Mengular di sepanjang jalan Kedung Baruk Surabaya.

Di situlah, di sebelah gedung olahraga itu, Arif membangun kerajaan barunya: properti. Ia membangun tiga tower. Satu untuk hotel Novotel. Satu lagi untuk apartemen. Dan tower ketiga untuk gedung perkantoran.

Saya parkir di basement tower-tower itu. Lalu jalan kaki ke gedung olahraga di sebelahnya. 

Di persemayaman saya bisa bertemu Arif dan adik-adiknya. Mereka tujuh bersaudara. Semua kumpul di PT Samator. Yang lima orang tetap menganut Buddha meski tidak semuanya Maitreya. Yang dua, wanita, kini menganut Kristen --ikut suami mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: