Melihat Kota Pendidikan dan Wisata Jogjakarta saat Pandemi

Jogjakarta masih sepi. Setidaknya ketika tim Disway Kaltim berkunjung ke kota itu, akhir pekan kemarin. Indikatornya Malioboro. Yang biasanya selalu ramai. Tapi di sebuah gang. Di seberang Stasiun Tugu. Pasar Kembang masih saja ada yang buka. Menerapkan protokol kesehatan pula. Hmm…
Oleh: Ariyansah, Jogjakarta.
SABTU (6/6) malam akhir pekan lalu, Disway Kaltim tiba di Jogjakarta. Langsung menuju hotel yang berada di Jalan Jogonegaran. Masih dekat dengan kawasan wisata legendaris Malioboro. Sekitar 1 Km jaraknya dengan berjalan kaki.
Setelah menyimpan barang, malam sekitar pukul 22.00 WIB, Disway Kaltim sengaja berkeliling di sekitaran kawasan tersebut. Ke Jalan Malioboro dan Alun-Alun Jogjakarta. Melewati Jalan Pasar Kembang (Sarkem). Kawasan ini juga tak kalah legendarisnya dengan Malioboro.
Rasa penasaran muncul, ketika melewati kawasan itu. Setelah berkeliling. Disway Kaltim kembali ke kawasan Sarkem itu. Sekira pukul 23.00 WIB. Penasaran, apakah lokalisasi itu beroperasi atau tidak.
Setelah dicek, lokalisasi itu masih beroperasi meski di tengah pandemi. Namun tak sepenuhnya. Hanya beberapa gang saja yang aktif. Sementara gang lain di kawasan lokalisasi itu, tampak taka da kehidupan. Sepi karena wabah virus.
"Sebagian sudah enggak ada. Karena Corona. Larinya ke hotel-hotel sekitar. Ada juga yang pulang. Yang buka, hanya beberapa (gang) saja. Kalau kisaran tariff, ya Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribuan," kata MN, salah satu preman di kawasan itu.
Pengunjung yang hendak ke tempat esek-esek ini, diwajibkan memenuhi standar protokol kesehatan standar. Pengunjung wajib menggunakan masker. Beberapa meter setelah masuk, beberapa orang telah menunggu. Mereka berjaga.
Setiap pengunjung yang datang, selain wajib mengenakan masker, juga harus disemprot tangannya menggunakan cairan antiseptik mengandung alkohol. Cairan telah disediakan. Tiap pengunjung, tinggal menyodorkan tangan saja. Lalu disemprot oleh salah satu dari mereka yang berjaga itu.
"Harus disemprot dulu, setelah itu masuk," kata salah satu dari mereka, penjaga pintu masuk di gang itu.
Esok harinya, sekira pukul 14.00 WIB, tim jalan-jalan lagi ke Malioboro. Cukup lama berkeliling di kawasan itu. Duduk, bersantai di tepi jalan. Beberapa pedagang kaki lima mulai beraktivitas, berjualan.
Dari pengamatan, kawasan Jalan Malioboro ini masih sepi. Ya, memang, sampai saat ini, masa tanggap darurat terhadap penyebaran COVID-19 itu masih berlaku. Kota Jogya pun tak seramai dulu. Mobilitasnya tak sepadat dulu. Sebelum pandemi menyerang.
Aktivitas atau mobilitas masyarakat di kota ini menurun. Sejumlah tempat-tempat wisata kena imbasnya. Sepi pengunjung. Baik pengunjung lokal, nasional mupun turis asing.
Malioboro ini misalnya. Meski sejumlah pedagang kaki lima mulai beraktivitas, membuka lapaknya seperti biasa, namun jumlah pengunjung masih minim. Alias sepi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: