Delapan Detik
Masa-masa saat ini adalah masa yang tidak mudah untuk berbagai kalangan, diberlakukannya social distancing, physical distancing bahkan karantina di rumah. Kebosanan sudah mulai merundung, kekhawatiran dengan pekerjaan maupun usaha mulai tampak jelas. Mencoba untuk berpikir positif, namun hati masih juga cemas. Semua orang menjadi sangat sensitif, bahkan menanyakan kabar saja dapat menyinggung perasaan. Semua bertanya, kapan kondisi ini akan berakhir? Hampir semua saling menyalahkan bahkan mencaci maki, menyalahkan pemimpin dalam perusahaan karena potongan, karena pengurangan karyawan, menyalahkan aturan/kebijakan yang berlaku dan lain sebagainya. Para pengusaha besar dan kecil tidak dapat menjalankan bisnis sebagaimana mestinya, bahkan ada yang gulung tikar. Kadang kita lupa bahwa hal ini diluar kendali kita sebagai manusia. Kita hanya bisa berusaha. Saya tahu ini sangat menyedihkan, karena saya mengalaminya juga. Alam semesta sedang mengguncang dunia, untuk membangunkan kita dari tidur kita yang panjang, tidur dengan rutinitas, tidur dengan rasa nyaman, bahkan tidur terhadap permasalah yang itu-itu saja. Tuhan mampu membolak-balikkannya. Tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang dapat menjamin hari esok. Lagi-lagi kita manusia hanya mampu berusaha. Berusaha dari diri sendiri terlebih dahulu, karena musuh terbesar adalah diri kita. Bagaimana menaklukan rasa takut, cemas, khawatir, waswas yang ada dalam diri kita. Karena jika kita dalam kondisi tersebut, kita tidak mampu berfikir jernih. Kualitas hidup seseorang tidak ditentukan pekerjaan, pimpinannya, bisnisnya, tapi kualitas hidup seseorang tergantung atas dirinya sendiri. Pertanyaannya apakah kita terbatas atas kemampuan kita atau kita terbatas atas kemauan kita? Karena sejatinya manusia itu dibekali potensi yang luar biasa. Dalam tulisan kali ini saya ingin membahas mengenai bagaimana cara mengatasinya dengan hal yang sederhana. Seperti judul diatas “Delapan Detik”, Anda hanya membutuhkan delapan detik untuk mengatasinya. Ok sebelum saya berbagi tips ini, ada hal yang menarik yang ingin saya bagikan terlebih dahulu, yaitu pengalaman karantina. Sebelumnya saya bekerja dari pukul 08.00-23.00 Wita. Hampir setiap hari saya habiskan waktu saya 15-16 jam sehari. Saat weekend saya gunakan untuk beristirahat total. Saya seorang ibu dengan dua anak. Bisa dibayangkan waktu untuk anak-anak sangat minim sekali. Sekali lagi karantina bukanlah hal yang mudah untuk saya jalani, namun untuk keselamatan dan kesehatan keluarga apapun saya lakukan. Dengan karantina ini, saya semakin tahu kebiasaan suami dan anak-anak. Saya semakin belajar dengan melihat dari sudut pandang yang berbeda dengan kondisi ini. Saya akui, suasana naik turun di minggu pertama saya di rumah. Namun berjalannya waktu, saya semakin sadar arti keluarga, peran mereka dalam hidup saya. Tuhan mempunyai maksud yang penuh rahasia dengan kondisi saat ini. Mendorong kita untuk berpikir keras dalam mengendalikan diri kita sendiri. Memaksa kita untuk berpikir cerdas dalam mengatasi situasi ini. Hal sepele mungkin, awalnya kita tidak mampu untuk memasak, akhirnya memaksa kita untuk bisa masak, dan banyak kejutan-kejutan lain yang timbul atas kemampuan kita itu. Hal lain yang saya temukan selama masa karantina ini adalah, pada saat saya merasa cemas atau kuatir, yang saya lakukan adalah “Delapan Detik”. Apa itu delapan detik? Delapan detik adalah melakukan kegiatan memeluk anggota keluarga selama minimal delapan detik. Lalukan kegiatan ini rutin. Ternyata menurut penelitian, saat kita memeluk seseorang yang kita sayangi, maka dapat meningkatkan hormon oksitosin, salah satu fungi hormon ini adalah membantu kelancaran ASI dan proses kelahiran. Melancarkan sirkulasi darah dan oksigen sehingga menyegarkan tubuh. Pelukan 8 kali sehari akan meningkatkan produksi sel darah putih yang bermanfaat menjaga kekebalan tubuh kita dari serangan virus dan bakteri. Menambah kadar hormon serotonin untuk meningkatkan mood. Manfaat pelukan hampir sama dengan meditasi, yaitu menambah energi dalam tubuh kita sehingga nggak mudah lelah dan lebih konsen saat bekerja. Itu sebabnya saya merasa lebih tenang dan akhirnya mampu berpikir jernih. Terutama di saat-saat kondisi seperti ini. Semoga tips ini bermanfaat buat pembaca, dan mampu bersikap tenang. #StayHealthy #StayAtHome. (*) *Penulis adalah Co-Founder RYL Academy dan pegawai perusahan penerbangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: