Orang-Orang yang Dipilih Tuhan
OLEH: SAID RIDHO ABDILLAH* Sejak ditetapkan menjadi pandemi pada 11 Maret 2020 oleh World Health Organization (WHO), negara-negara di seluruh dunia masih berjuang menghadapi COVID-19. Menurut data WHO per 9 April 2020 pukul 07.00 WIB, sebanyak 212 negara di dunia telah terpapar virus corona. Berdasarkan data tersebut, di Indonesia tercatat 2.956 kasus. Dengan 240 korban meninggal dunia. Pemerintah Indonesia pun mengumumkan 222 orang sembuh. Data menunjukkan, Indonesia memiliki angka kematian tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Seorang dokter Malaysia bernama Musa Mohd Nordin menyebut Indonesia sebagai bom waktu pandemi corona. Ia merasa khawatir melihat fakta penyebaran COVID-19 di Indonesia. Tantangan inilah yang sedang dihadapi dan harus dijawab oleh bangsa kita. Bukan hanya oleh pemerintah. Tetapi stakeholder-nya adalah kita: pemuda, pelaku usaha, tokoh, dan seluruh rakyat Indonesia. Selain menerapkan kebijakan belajar, bekerja, dan beribadah di rumah, berbagai strategi lanjutan pun dilakukan pemerintah Indonesia. Untuk menghambat penyebaran virus yang menyerang fungsi pernafasan tersebut. Pertama, mengimbau seluruh masyarakat yang terpaksa harus beraktivitas di luar rumah untuk menjaga jarak (physical distancing) dan menggunakan masker. Bahkan mulai 10 April 2020, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ibu kota negara tersebut. Kedua, pemerintah menelusuri orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan pasien positif COVID-19. Ketiga, mengedukasi sebagian orang yang terhimpun dari hasil penelusuran. Mereka menunjukkan positif/negatif dari hasil tes. Pemerintah menganjurkannya untuk melakukan isolasi mandiri. Keempat, pelaksanaan isolasi di rumah sakit. Syaratnya, apabila isolasi mandiri tidak mungkin dilanjutkan karena muncul gejala klinis yang memerlukan penanganan di rumah sakit. Selain itu, penulis mendapati banyak orang yang terkena dampak COVID-19. Tidak hanya secara medis. Tetapi juga secara ekonomi. Pendapatan dari pengusaha yang kian menurun hingga ribuan pekerja yang dirumahkan tanpa gaji. Bahkan di berbagai daerah di Indonesia dikabarkan terjadi PHK massal. Oleh karena itu, untuk menerapkan strategi tersebut serta mewujudkan upaya penanganan dampak COVID-19 terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan tambahan belanja dan pembiayaan APBN Tahun 2020 sebesar Rp 405,1 triliun. Dengan alokasi untuk pemulihan ekonomi Rp 150 triliun (37 persen), jaringan pengamanan sosial Rp 110 triliun (27 persen), dana kesehatan Rp 75 triliun (19 persen), dan insentif perpajakan Rp 70,1 triliun (11 persen). Dari mana pemerintah mendapatkan dana tersebut? Sebelum menjawab pertanyaan itu, penulis ingin bercerita. Penulis adalah ASN di Direktorat Jenderal Pajak yang saat ini bertugas sebagai Account Representative di KPP Pratama Balikpapan Barat. Berusaha mengisi celah di bidang edukasi perpajakan sejak 21 November 2018. Penulis mengampu sebuah grup diskusi perpajakan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan konsultasi perpajakan yang memudahkan para pelaku usaha (wajib pajak). Artinya, melalui grup diskusi tersebut, wajib pajak dapat berkonsultasi mengenai ketentuan, prosedur, hingga permasalahan teknis yang dihadapi tanpa harus jauh-jauh datang ke kantor pajak. Terkecuali jika dari hasil identifikasi masalah diperlukan tatap muka. Misalnya terkait tutorial aplikasi perpajakan. Melalui sarana diskusi itu juga para wajib pajak saling berbagi pengalamannya. Semua itu bertujuan melahirkan solusi atas permasalahan perpajakan. Penulis awalnya berharap dapat memberikan pelayanan konsultasi perpajakan dengan sebaik-baiknya melalui forum tersebut. Tapi dalam perjalanannya, ternyata penulis justru mendapatkan pengetahuan baru dan inspirasi dari para wajib pajak yang turut berbagi informasi dan pengetahuan. Penulis tidak menyangka, justru kami saling bahu-membahu bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Tanpa penulis sadari telah terbentuk super team konsultan pajak. Yang paling penting adalah kami berdoa bersama, saling berempati dan mendoakan yang terbaik, mengaminkan doa satu sama lain. Walaupun kami jarang bertemu tatap muka, tetapi interaksi ini terasa begitu akrab dan produktif. Dengan bekerja sama, semua hal menjadi lebih mudah dijalani. Itu pesan pertamanya. Kedua, selama menjalani aktivitas pendampingan tersebut, penulis menilai bahwa masyarakat sangat membutuhkan edukasi perpajakan. Betapa pentingnya peranan mereka dalam pembangunan bangsa. Tapi nampaknya edukasi harus lebih optimal lagi dengan menggandeng semua elemen. Penulis melalui program Learning & Growth pernah menyurvei pemuda. Di antara pertanyaannya, kiprah nyata apa yang bisa diberikan untuk Kota Balikpapan? Dari 87 responden, hanya satu responden yang menjawab membayar pajak. Akibat dari masih minimnya edukasi, mungkin sebagian kita ada yang alergi atau paranoid ketika mendengar kata pajak. Okelah kita bisa mengganti istilah itu menjadi sedekah atau kontribusi rutin yang dibayarkan untuk dikelola negara demi kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Meskipun sebenarnya definisi pajak sudah disebutkan dalam undang-undang. Pajak bukanlah upeti yang hanya dinikmati oleh penguasa/raja. Pajak digunakan untuk pelayanan publik, infrastuktur, fasilitas umum, bantuan, dan subsidi bagi masyarakat. Hal ini mengingatkan kita pada slogan terdahulu: lunasi pajaknya, awasi penggunaannya. Dengan demikian, kita telah mendapatkan jawaban atas pertanyaan dari mana sumber dana stimulus COVID-19 sebesar Rp 405,1 triliun. Jika kita ditanya, di tengah wabah seperti ini, siapakah orang yang paling bermanfaat? Tentu saja orang yang perannya sangat dibutuhkan saat ini. Kita sepakat bahwa orang-orang itu adalah para dokter dan tenaga kesehatan. Merekalah garda terdepan dengan pengorbanannya yang luar biasa: tenaga, waktu, biaya, keluarga, keringat, perasaan, darah, bahkan nyawa. Tapi di balik itu, ada orang-orang yang turut mengambil peran nyata. Tak mengenal waktu dan zaman. Mereka adalah para pembayar pajak. Yang akan selalu menjadi patriot bangsa di masa kini. Diperlukan gerakan bersama untuk berlomba-lomba membangun Indonesia melalui pembayaran pajak. Bekerja sama untuk mengisi celah-celah yang masih kosong. Sesuai kemampuan dan keahlian kita dalam kerangka menghadirkan peranan yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Upaya kita ini akan menjadikan Indonesia semakin kuat. Karena kontribusi paling nyata bagi kemajuan peradaban adalah pendanaan dan peranan. Kontribusi pembayaran pajak yang ikhlas dan sukarela penulis yakini akan mendatangkan keberkahan--kebaikan yang terus bertambah. Keberkahan bagi pembayarnya. Keberkahan juga bagi negeri. Dengan keikhlasan sepenuh hati, membayar pajak akan melahirkan pelayanan publik yang semakin baik dan bersih dari praktik korupsi. Ditambah lagi betapa mulianya seseorang yang menyumbang. Tetapi ia tidak mengenal orang lain yang bahagia merasakan sumbangannya. Seseorang itu hanya yakin bahwa dengan memberi, ia akan memperoleh kebahagiaan jiwa dan kepuasan batin. Andalah seseorang itu. Yang dipilih Tuhan untuk bisa memberi lebih. Bersegeralah. Anda sangat dibutuhkan saat ini. (*ASN di Direktorat Jenderal Pajak. Catatan: artikel ini tidak mewakili institusi. Artikel ini murni pandangan penulis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: