Plastik Dijadikan Campuran Aspal

Plastik Dijadikan Campuran Aspal

OLEH: YUYUN DWI NURANA* Saya mendokumentasikan sebuah gambar saat menyusuri jalan di Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Terlihat sangat menggelikan. Sebuah lapangan pesawat terbang yang dipenuhi sampah. Aset daerah yang terabaikan. Padahal dulu pernah berjaya. Sekarang menjadi tempat yang tidak terurus. Eks lapangan udara Kota Bangun itu sampai hari ini masih dijadikan tempat pembuangan sampah. Masyarakat setempat mengeluhkan bau yang menyengat dari sampah yang semakin menggunung. Apakah sampah-sampah itu tidak bisa dimanfaatkan? Jika melihat upaya Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, yang telah menguji coba sampah plastik sebagai campuran aspal untuk jalan, berarti sampah plastik dapat dimanfaatkan. Salah satunya sebagai campuran aspal. Dengan tujuan untuk memperkokoh jalan. Agar tidak cepat rusak karena terkena air. Tak perlu waktu lama agar plastik membawa manfaat nyata. Dengan teknologi dan pendekatan ramah lingkungan, sampah plastik dapat diolah hingga memiliki nilai tambah. Di antaranya untuk pembuatan tas, dompet, mainan anak-anak, bunga hias, hingga paling anyar digunakan sebagai aspal. Rajagovalan Vasudevan, ilmuwan kimia asal India, menegaskan, selama plastik tidak dibuang ke laut atau ditumpuk di tempat sampah, ada banyak manfaat dari plastik. Salah satunya dijadikan campuran aspal. Dari hasil penelitiannya, ditemukan fakta bahwa dalam kondisi cair, plastik memiliki sifat pengikat yang sangat baik sebagaimana aspal. Dari temuan Rajagovalan, ketika plastik cair ditambahkan ke batu dan campuran aspal, sesuai dengan sifatnya, plastik menempel dengan cepat dan mengikat kedua bahan itu menjadi satu. Selain itu, plastik yang dimodifikasi sebagai aspal juga membuat jalanan lebih tahan lama. Karena plastik cair mampu mengisi ruang antara kerikil dan aspal. Sehingga membuat air hujan tak bisa merembes hingga merusak jalan. Dengan kata lain, aspal plastik mencegah pembentukan lubang. Sejatinya di Indonesia, campuran plastik untuk aspal sudah banyak diaplikasikan. Seperti diterapkan di lingkungan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP). Jalan aspal plastik itu merupakan bagian dari program berkelanjutan. Salah satu solusi untuk penanganan sampah plastik. Aspal plastik digelar dalam area seluas 6.372 meter persegi. Terbuat dari bahan aspal biasa dengan campuran 5 persen sampai 6 persen. Setara dengan 2 juta lembar kantong plastik (HDPE/High Density Polyethilene) atau seberat tiga ton sampah plastik. Sesuai dengan hasil penelitian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), campuran limbah plastik ini dapat menambah daya tahan deformasi aspal. CAP juga berkomitmen mendukung Kementerian PUPR maupun kementerian lain dalam meneliti efektivitas dan kegunaan aspal plastik ini. Dalam pengerjaan aspal plastik, Kementerian PUPR telah melakukan uji coba produk tersebut di beberapa kota: Bekasi, Bali, Makassar, Solo, Surabaya, dan Tangerang. Penambahan sampah plastik dapat meningkatkan nilai stabilitas campuran aspal plastik sebesar 40 persen. Sehingga tahan terhadap deformasi plastik dan tidak mudah retak. Pada 2019, CAP bersama Pemerintah Kota Cilegon juga bersinergi untuk pembangunan jalan aspal dengan campuran sampah plastik sepanjang 10 kilometer. CAP menyediakan sampah plastik yang sudah dicacah sekira 30 ton untuk campuran aspal. Digunakan untuk jalan yang akan dibangun oleh Pemerintah Kota Cilegon. CAP berharap, pengunaan sampah kantong plastik sebagai campuran aspal ini akan mengubah persepsi masyarakat dalam melihat sampah plastik. Dari yang tidak memiliki nilai menjadi barang yang berguna. Karena mempunyai manfaat nyata, daur ulang plastik menjadi bahan campuran aspal perlu didukung. Kementerian PUPR serta Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi merupakan motor penggerak penggunaan plastik untuk aspal. Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman Safri Burhanuddin pernah menyampaikan, setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan campuran limbah plastik sebanyak 2,5 ton hingga 5 ton.  Sementara jumlah sampah plastik di Indonesia pada 2019 diperkirakan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah. Dengan estimasi plastik yang digunakan 2,5 ton sampai 5 ton/km jalan, limbah plastik dapat menyumbang kebutuhan jalan sepanjang 190.000 km. Aspal yang dihasilkan juga lebih lengket jika dibandingkan dengan aspal yang tidak menggunakan plastik sebagai campuran. Artinya, stabilitas aspal dan ketahanannya lebih baik. Penggunaan limbah plastik pun sudah dinyatakan aman dan bebas dari ancaman racun pada plastik. Hal tersebut sudah dilakukan lewat berbagai uji klinis di Balitbang PUPR tentang limbah plastik tersebut. Business Development Director Indonesia Plastic Recycles (IPR) merupakan salah satu cara untuk mengurangi sampah plastik dengan teknologi tepat guna. Plastik memang mempunyai manfaat luar biasa. Dari segi ekonomi, sampah plastik menjadi sesuatu yang menggiurkan dan menguntungkan dalam skala jutaan bahkan miliaran. Sebenarnya industri daur ulang plastik dapat menjawab permasalahan ini. Baik dipelopori pemerintah maupun masyarakat. Bisa bermotif ekonomi maupun lingkungan. Rantai industri daur ulang menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Yang secara tidak langsung memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Secara fundamental, industri daur ulang plastik membantu pemerintah untuk mengolah suatu produk yang sudah tidak terpakai atau dibuang oleh masyarakat menjadi barang yang memiliki nilai tambah. Upaya mengurangi sampah, secara garis besar dapat dilakukan melalui tiga cara: meminimalkan penggunaan produk berbahan plastik sekali pakai, menggunakan material alternatif yang lebih mudah terurai, dan melakukan daur ulang sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi. Apabila di Kota Bangun dapat dilakukan pemanfaatan sampah plastik itu, maka bisa digunakan setelah mendaur ulangnya. Dengan menjadikannya campuran aspal untuk jalan. Dengan begitu, jalan di Kota Bangun bisa lebih kokoh. Tidak berlubang karena terkena air hujan. (*Mahasiswi Pascasarjana Biologi Unmul Samarinda)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: