IMF Rilis Pertumbuhan Perdagangan Global Kuartal I, Paling Lambat Sejak 2012

IMF Rilis Pertumbuhan Perdagangan Global Kuartal I, Paling Lambat Sejak 2012

Gian Maria Milesi-Ferretti, wakil direktur Departemen Riset IMF (kiri), di sebelah Gita Gopinath, penasehat ekonomi dan direktur Departemen Riset di Dana Moneter Internasional (IMF), berbicara selama konferensi pers di Santiago, Chili, (23/7/2019). Foto DOK ANTARA/Rodrigo Garrido

DiswayKaltim.com - Perdagangan global meningkat hanya 0,5 persen pada kuartal pertama 2019. Menandai laju pertumbuhan dari tahun ke tahun. Ini paling lambat sejak 2012 di tengah tanda-tanda perlambatan yang mungkin lebih signifikan. Hal itu disampaikan pejabat Dana Moneter Internasional (IMF), Selasa (23/7/2019).

IMF pada Selasa (23/7/2019) menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan global tahun ini dan selanjutnya, memperingatkan bahwa lebih banyak tarif-tarif AS-Tiongkok, tarif mobil atau Brexit yang tidak teratur, lebih jauh dapat memperlambat pertumbuhan, melemahkan investasi, dan mengganggu rantai pasokan.

Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath mengatakan kepada wartawan di Santiago, Chili, pemberi pinjaman global tidak melihat tanda-tanda resesi, tetapi memang melihat risiko penurunan yang signifikan untuk pertumbuhan global ke depan, termasuk meningkatnya perang perdagangan.

Gian Maria Milesi-Ferretti, wakil direktur departemen penelitian IMF, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa perdagangan yang lesu disebabkan beberapa faktor, termasuk ketidakpastian yang disebabkan oleh perang perdagangan AS-Tiongkok, investasi yang lebih lemah dan siklus pelemahan di sektor otomotif dan teknologi.

"Akhir 2018 cukup lemah," kata Milesi-Ferretti.

“Anda memiliki kombinasi faktor yang berperan di sini, beberapa di antaranya bersifat sementara dan beberapa di antaranya mungkin merupakan tanda perlambatan yang lebih signifikan”.

Menurutnya, perdagangan terutama didorong oleh barang-barang investasi, dan aktivitas investasi lemah di Amerika Latin, Eropa dan yang penting Tiongkok, yang menghadapi perlambatan permintaan domestik cukup besar.

“Ketika investasi melambat di Cina (Tiongkok), itu terlihat di layar radar global," katanya.

Perdagangan global juga dilanda siklus penurunan perdagangan barang dan komponen yang terkait dengan produksi produk teknologi seperti iPhone dan elektronik lainnya.

"Siklus itu telah memberikan dorongan besar bagi perdagangan global pada akhir 2017, tetapi telah berubah dan sudah sangat lemah baru-baru ini dan itu ditunjukkan angka-angka perdagangan, terutama di Asia," kata Milesi-Ferretti.

Pengurangan permintaan mobil dan gangguan pada produksi mobil di Jerman, kata dia, adalah faktor lain di balik perdagangan yang lesu.

"Ketika Anda mengalami peningkatan dalam ketidakpastian, hal pertama yang dilakukan konsumen adalah memotong pembelian barang-barang tahan lama dan menunggu situasi untuk mengklarifikasi," kata Milesi-Ferretti.

Dia mengatakan tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan Tiongkok juga memengaruhi rencana investasi, lebih lanjut mengurangi prospek.

Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif pada sisa USD300 miliar impor dari Tiongkok yang masih bebas darinya, dan menaikkan tarif impor mobil Eropa dan Jepang hingga 25 persen. Langkah-langkah itu memicu tindakan pembalasan.

“Kekhawatiran tentang tarif berarti perusahaan mungkin berpikir dua kali sebelum mendirikan fasilitas produksi di luar negeri, sebelum memperluas produksi, karena mereka ingin tahu seperti apa lingkungan global nantinya," kata Milesi-Ferretti.

Dia mengatakan, tidak jelas seberapa cepat ekonomi akan pulih setelah tarif dicabut, karena akan tergantung pada apakah orang merasa resolusi yang lebih tahan lama telah ditemukan.

Ekonom IMF juga mengutip bukti anekdotal yang berkembang tentang perubahan struktural dalam rantai pasokan global yang dipicu oleh ketegangan perdagangan saat ini di seluruh dunia. (ant/indopos/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: