Sampel Ditolak Terbang

Sampel Ditolak Terbang

Tampak petugas di RSUD dr Abdul Rivai, diduga membawa sampel pasien demam tinggi yang baru pulang dari Korea Selatan. Sampel ini batal dikirim Selasa (3/3), karena mendapat penolakan dari seluruh maskapai. (Zuhrie/Disway) Tanjung Redeb, Disway – Kondisi pasien yang mengalami demam tinggi, setelah pulang dari negara terjangkit virus Corona atau COVID-19, diklaim Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai, mulai membaik, Selasa (3/3). Sayangnya, sampel yang akan dikirim ditolak seluruh maskapai. Disampaikan Humas RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb, Erva Anggriana kepada Disway, melalui pesan WhatsApp, bahwa kondisi pasien membaik. “Semakin baik. Dari pemantauan tidak ada demam selama di rumah sakit,” ujarnya. Saat ini, langkah pihaknya masih melakukan antisipasi dengan mengisolasi pasien di RSUD, hingga benar-benar dinyatakan pulih. Petugasnya juga melakukan pemantauan dengan mengecek tanda-tanda vital pasien secara rutin. “Selama dua hari di RSUD, pasien dalam kondisi yang tidak mengkhawatirkan. Di mana tanda vital pasien juga terpantau baik,” jelas Erva. Pasien disebutkannya, mulai diisolasi di RSUD dr Abdul Rivai pada Senin (2/3) pagi, sepulang pasien tersebut dari Korea Selatan. Diketahui pasien berangkat ke luar negeri pada 13 Februari lalu. Dan pulang ke Indonesia pada 19 Februari. Menurut Erva, pasien akan diisolasi hingga hasil sampel yang dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan, keluar.“Bisa seminggu hingga dua minggu kedepan,” katanya. Selama diisolasi, pasien merasa terbebani dengan kondisi yang dialaminya saat ini. Apalagi negara Korea Selatan, juga tidak sedikit warganya yang terinfeksi virus Corona. “Tapi kami mengisolasi demi kesehatan pasien, keluarga, dan masyarakat Berau. Dan apa yang kami lakukan, sesuai standar pedoman kesiapsiagaan dari Kementerian Kesehatan,” bebernya. Ketika ditanya terkait keberadaan sejumlah rekan-rekan pasien yang juga pulang dari Korsel, Erva menyebutkan, pihaknya masih terus melakukan pengawasan dan pemantauan di rumah mereka masing-masing. “Tetap kami pantau, walau di rumah. Ada 9 orang diimbau untuk istirahat di rumah,” jelasnya. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik, dan selalu menjaga kesehatan serta menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah. Sementara di RSUD dr Abdul Rivai, sekira pukul 14.30 Wita, terlihat 4 orang berbaju ungu, membawa boks biru yang diduga sampel dari warga Berau yang diisolasi setelah pulang dari Korea Selatan. Empat orang tersebut, tampak bolak balik dari salah satu ruang rawat inap ke laboratorium. Penampilan keempatnya berbeda dari pemandangan di RSUD. Wartawan yang mencoba mengabadikan menggunakan kamera telepon genggam, namun mendapat larangan dari sejumlah petugas keamanan. Bahkan, ketika mencoba untuk konfirmasi ke salah satu petugas yang berada paling depan, ditanya soal boks yang dibawa berkaitan dengan sampel pasien tersebut, untuk uji lab, enggan memberikan komentar. “Belum bisa kasih keterangan apa-apa, nanti akan dirilis secara resmi,” ujarnya singkat. Usai menjawab pertayaan wartawan dengan singkat, empat petugas tersebut bergegas masuk ke ruang rawat inap, yang diduga sebagai ruang isolasi pasien yang mengalami demam tinggi. Sekira 40 menit, 4 petugas yang keluar, kembali dicoba untuk konfirmasi, apakah aktivitas yang terkesan ditutup-tutupi ini berkaitan dengan penanganan khusus pasien yang diisolasi? Lagi lagi tidak menemukan jawaban memuaskan. “Kami akan umumkan nanti kalau waktunya sudah tepat,” tegasnya sembari berlalu meninggalkan wartawan menuju ruang Laboratorium. Dari informasi yang diperoleh pada Selasa (3/3) sore, sampel pasien demam setelah dari Korea Selatan, yang diambil dari RSUD, ditolak seluruh maskapai di Bandara Kalimarau, karena larangan membawa bahan berbahaya atau Dengerours Goods. Dikonfirmasi sambungan telepon, dokter dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kalimarau, membenarkan informasi tersebut. Katanya, penolakan itu karena seluruh maskapai di Bandara Kalimarau tidak mengantongi izin pengangkutan barang atau bahan berbahaya di pesawat. “Informasi tadi begitu, tetapi untuk lebih pasti bisa konfirmasi ke Kasi Keamanan Bandara, Pak Martono. Karena saya tidak tahu secara teknis,” ucapnya. Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Keamanan Bandar Udara Kalimarau Martono mengatakan, saat ini bandara yang sudah mengantogi izin pengangkutan barang dan bahan berbahaya, Bandara Sepinggan Balikpapan yang memilikinya. Sementara, untuk di Kalimarau belum. “Nah pesawat kita yang ada di sini tidak ada yang bisa membawa Dengerours Goods, termasuk soal sampel pasien demam ini. Makanya tadi semua menolak membawa itu,” terangnya. Meski begitu, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan maskapai, agar dapat memberikan pengecualian terkait persoalan ini. Mengingat yang saat ini akan dikirim menyangkut kemanusiaan. Hanya saja, kata dia, pihak maskapai masih mencoba menghubungi kantor pusat masing-masing. “Kami masih menunggu informasi lebih lanjut dari masing-masing maskapai, karena mereka harus bersurat ke pusat,” tandasnya.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: