Tak Sanggup Pelihara Buaya Lagi
Wabup Agus Tantomo saat rapat dengan Irsanie pemilik penangkaran buaya badas di Sambaliung, dan BKSDA Berau, Jumat (14/2). (zuhriedisway) Tanjung Redeb, Disway – Tak sanggup lagi memelihara Buaya Badas, yang merupakan reptil langka, membuat M Irsanie bersurat ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau. Dia ingin menyerahkan buaya tersebut, agar direlokasi. Permintaan itu ditanggapi Pemerintah Kabupaten Berau dengan menggelar rapat bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah I Kabupaten Berau, Jumat (14/2). Di hadapan Wakil Bupati Berau Agus Tantomo yang memimpin rapat tersebut, Irsanie menyampaikan ketidakmampuannya lagi mengurus puluhan buaya langka, akibat biaya yang terlalu besar untuk pakan. “Sudah 20 tahun saya memelihara buaya ini, dari yang dulu awalnya 300 ekor sampai sisa 30an ekor sekarang. Sudah saatnya dilepas ke habitatnya. Apalagi sekarang biaya operasional cukup besar, sementara saya hanya seorang pensiunan,” ujarnya, Jumat (14/2). Meski meminta untuk direlokasi, namun Irsanie mengharapkan, pemerintah daerah dapat memberikan tali asih. Atas upayanya melestarikan puluhan ekor buaya badas selama ini. Apalagi, selama 20 tahun telah menghabiskan uang pribadinya miliaran rupiah, hanya untuk memelihara buaya tersebut. “Kalau dihitung-hitung, pengeluaran saya selama 20 tahun ini sekitar Rp 2 miliar. Tetapi saya tidak meminta segitu. Saya hanya meminta tali asih Rp 350 juta, nominal ini sama seperti yang saya sampaikan 5 tahun lalu,” ucapnya. “Apalagi selama saya memelihara ini, saya warga Berau satu-satunya yang mendapatkan penghargaan kalpataru dan sejumlah penghargaan lain,” sambungnya. Wakil Bupati Berau Agus Tantomo mengaku, Pemkab Berau tidak dapat memberikan dana tali asih sesuai permintaan Irsanie. Menurutnya, jika Pemkab tetap memaksakan memberikan dana tersebut, nantinya dapat menjadi temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Apalagi, keberadaan kandang buaya ini murni inisiatif warga bukan milik daerah. “Dana kami juga tidak ada untuk itu. Karena memang ini bukan dari bagian pemerintah. Tetapi saya sudah siapkan jalan keluarnya, yakni melalui pihak ketiga. Saya sudah bersurat untuk memberikan tali asih untuk saudara Irsanie ke sejumlah perusahaan,” jelasnya. Meski demikian, dikatakan Agus Tantomo, kemungkinan nanti nilainya tidak akan sesuai seperti yang diminta Irsanie. Karena ini, sifatnya hanya sumbangan. Bukan hanya persoalan tali asih, proses relokasipun masih menjadi persoalan. Sebab, BKSDA Wilayah 1 Berau belum menemukan lokasi yang tepat untuk dilakukan penampungan. Sementara lokasi kolam buaya di Gang Buaya Badas, Kecamatan Sambaliung itu sudah sangat tidak memungkinkan. Selain dinding yang sudah rapuh, lokasi yang berada di tengah permukiman mengancam keselamatan warga. “Kami sudah mendengar tentang penangkaran buaya oleh warga di Sambaliung, dan sudah kami lihat memang kondisinya sangat memprihatinkan,” ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 Berau, Dheny Mardiono. Lanjutnya, BKSDA juga perlu melakukan kajian mendalam dan serangkaian prosedur sebelum proses pelepas liaran dilakukan. Dipastikan Dheny, pelepasliaran itu tidak dapat dilakukan dalam waktu dekat. Sebab, untuk relokasi pihaknya perlu menyiapkan tempat yang layak, dan berizin serta jauh dari permukiman. “Buaya inikan dilindungi, dan statusnya milik negara, sehingganya dalam waktu dekat kami akan siapkan tempatnya dulu sebelum dilepas ke habitatnya. Sambil menunggu tempat, sementara tetap akan dititip di lokasi saat ini, namun tetap dengan pengawasan petugas BKSDA,” tutupnya.(*/ZUH/APP)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: