Kenapa Lailatul Qadar Keberadannya Dirahasiakan? Ini Penjelasannya Menurut Ulama

Kenapa Lailatul Qadar Keberadannya Dirahasiakan? Ini Penjelasannya Menurut Ulama

Ilustrasi lailatul qadar.--

Bentuk Kasih Sayang Allah
Mungkin ada yang beranggapan bahwa jika Allah benar-benar mengasihi hamba-Nya, seharusnya waktu Lailatul Qadar diberitahukan secara jelas agar semua orang bisa meraihnya.

Namun, menurut Ar-Razi, justru bentuk kasih sayang Allah terlihat dalam cara-Nya menyembunyikan waktu tersebut. Sebab, dengan demikian, manusia terdorong untuk terus beribadah dan dijauhkan dari kemaksiatan. Karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Kedua, seakan-akan Allah berkata: Jika Aku tentukan (waktu pastinya) Lailatul Qadar, Aku tahu kalian begitu berani melakukan maksiat, bisa jadi syahwat mendorong kalian di malam itu untuk bermaksiat, sehingga kalian jatuh dalam dosa. Maksiatmu dalam kondisi tahu (malam itu Lailatul Qadar) lebih parah ketimbang maksiatmu tanpa kamu tahu itu.” (Fakhruddin Ar-Razi, hal. 231)

Allah tidak menghendaki manusia tetap bermaksiat dengan sadar bahwa waktu itu adalah malam yang teramat mulia, Lailatul Qadar. Oleh karena itu, lebih baik jika malam tersebut tetap dirahasiakan. Sebab, dampak negatif dari mengetahui kepastian waktunya bisa lebih besar dibandingkan jika tidak mengetahuinya.

Untuk mendukung argumennya, Ar-Razi membuat perumpamaan. Ia menyodorkan kisah Rasulullah yang pernah suatu ketika tengah masuk masjid lalu meminta Ali bin Talib untuk membangunkan seseorang yang tengah tertidur.

“Wahai Ali, bangunkan dia untuk berwudu!” pinta Rasul. Ali pun menjawab, “Wahai Rasul, engkau orang yang paling terdepan dalam hal kebaikan. Kenapa tidak engkau sendiri yang membangunkannya?” tanya Ali.

Rasulullah menjawab, “Karena penolakannya kepadamu tidak mengakibatkannya kufur (berbeda dengan aku tatkala membangunkannya). Aku lakukan itu supaya ringan konsekuensinya andai ia menolak.”

Begitulah kasih sayang Rasulullah kepada umatnya. Demikian pula kasih sayang Allah yang Maha Tahu sesuatu yang terbaik bagi para hamba-Nya. Alhasil, ketika melakukan ketaatan di malam tersebut, maka akan mendapat ganjaran yang lebih baik dari seribu bulan.

Sebaliknya, tatkala melakukan maksiat, maka akan menerima dosa seribu bulan ketimbang bermaksiat di malam lain. Semuanya akibat dari pengetahuan mereka dengan kondisi malam itu.

Bayangkan betapa besarnya dosa di malam itu jika tahu. Makanya, menolak kemudaratan dengan tidak membocorkan kapan waktunya lebih utama daripada menarik kemaslahatan dengan memberitahukan kepada manusia.

Agar Bersungguh-sungguh
Alasan ketiga adalah agar setiap hamba rajin dan bersungguh-sungguh mengerahkan segala usahanya untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Ibarat mencari harta karun yang lokasinya tidak diketahui secara pasti, tetapi telah diberikan petunjuk batasan wilayah pencariannya.

Dengan demikian, semangat dan kesungguhan seorang hamba akan semakin tumbuh, mendorongnya untuk terus beribadah dengan penuh harap dan ketulusan. Bahkan, menurut Ar-Razi, kesungguhan seseorang dalam mencari malam itu dibalas Allah dengan pahala. Artinya, jihadnya mencari malam itu sendiri ada pahala tersendiri.

“Ketiga, Aku sembunyikan malam ini agar seorang mukallaf bersungguh-sungguh mencarinya, lalu dia akan memperoleh pahala dari kesungguhnnya itu.” (Fakhruddin Ar-Razi, hal. 231)

Dibanggakan Allah di Hadapan Malaikat
Alasan keempat ini kelanjutan dari sebelumnya. Seseorang yang ragu bahkan tidak yakin malam tertentu itu malam Lailatul Qadar, akan sungguh-sungguh mencarinya di seluruh malam Ramadhan. Berharap ada satu malam itulah Lailatul Qadar. Mereka itulah yang Allah banggakan di hadapan para malaikatnya.

“Allah membanggakan mereka (manusia) kepada para malaikat-Nya. Seraya berkata: 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: