Pakar Politik Menakar Peluang 2 Paslon Non Petahana di Pilkada Kukar 2024

Pakar Politik Menakar Peluang 2 Paslon Non Petahana di Pilkada Kukar 2024

Pakar politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman (Unmul), Dr Saiful Bachtiar dan Akademisi Ilmu Pemerintahan dari Fisipol Unmul, Jumansyah.-(Dok. Disway Kaltim)-NOMORSATUKALTIM

BACA JUGA: Kapolres Kukar Lantik Kasat Resnarkoba dan Kapolsek Baru

Dr. Saiful memperkirakan bahwa jika Dendi-Alif mampu mengelola dukungan partai secara efektif dan menyampaikan visi misi mereka dengan jelas, maka peluang mereka untuk bersaing dengan petahana sangat terbuka,bahkan tidak menutup kemungkinan bisa menang dalam Pilkada ini.

Lebih lanjut, Dr. Saiful menjelaskan bahwa pemetaan wilayah pemilih di Kutai Kartanegara juga memainkan peran penting dalam menentukan hasil Pilkada. 

Ada 20 kecamatan di Kukar, dan beberapa kecamatan memiliki jumlah penduduk yang signifikan, seperti Tenggarong, Loa Kulu, Kota Bangun, Muara Muntai, dan Kembang Janggut. 

Kecamatan-kecamatan ini, menurut Saiful, memegang kunci penting dalam memenangkan pemilihan.

BACA JUGA: Gurita Dinasti Politik yang Masih Menghantui Kaltim

“Tenggarong sebagai ibu kota kabupaten merupakan area yang harus dikuasai oleh setiap Paslon, terutama karena banyak penduduknya yang berprofesi sebagai aparatur sipil negara (ASN),” jelasnya.

Dr. Saiful juga menekankan bahwa kemampuan Paslon untuk merangkul pemilih di kecamatan-kecamatan strategis ini akan sangat menentukan. 

Setiap pasangan calon harus mampu memahami kebutuhan khusus dari masyarakat di tiap wilayah dan menawarkan program-program yang relevan dengan kebutuhan mereka.

Sementara itu, akademisi Ilmu Pemerintahan dari Fisipol Unmul, Jumansyah turut memberikan pandangan serupa. 

BACA JUGA: Jumat ini, Presiden Jokowi Resmikan Sejumlah Proyek Penting di IKN

Ia menyoroti bahwa pemilih di Kukar sangat fluktuatif dan keputusan mereka bergantung pada seberapa baik paslon dapat memahami dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

“Tidak semua program politik bisa langsung dikonversi menjadi suara. Calon harus mampu membaca potensi dasar dan kebutuhan masyarakat, lalu mengonversinya menjadi nilai suara,” ujar Jumansyah.

Menyinggung potensi dinamika politik yang akan terjadi, Jumansyah melihat bahwa setiap Paslon memiliki peluang yang cukup besar jika mereka mampu mengoptimalkan kekuatan masing-masing. 

Paslon 01 dengan kelebihan sebagai petahana, Paslon 02 dengan dukungan masyarakat independen, dan Paslon 03 dengan kekuatan koalisi partai besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: