SBY Ingatkan Calon Pemimpin Indonesia Jangan Gegabah Kelola Ekonomi Indonesia
Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono-istimewa-
Ia menyebut bahwa dampak dari krisis ekonomi global tahun 2008-2009 belum sepenuhnya hilang, dan dunia ekonomi kembali mengalami guncangan serius akibat pandemi COVID-19.
Menurutnya, guncangan tersebut menciptakan situasi yang sulit bagi banyak negara, termasuk Indonesia, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil.
“Selama 10 tahun terakhir, ekonomi dunia sangat tidak stabil, banyak gejolak dan permasalahan. Krisis tahun 2008-2009 belum sepenuhnya berakhir, kemudian datang pandemi COVID-19 yang mengguncang ekonomi dunia lagi,” katanya.
Dalam menghadapi tantangan ini, SBY menekankan pentingnya menjaga fundamental ekonomi Indonesia.
Ia menegaskan bahwa selain memastikan pertumbuhan ekonomi, pemerintah juga harus memprioritaskan peningkatan kesempatan kerja dan daya beli masyarakat, yang merupakan elemen kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi.
BACA JUGA : Menhub akan Lakukan Uji Coba Pendaratan dengan Pesawat yang Lebih Besar di Bandara IKN
“Kita harus memastikan bahwa fundamental ekonomi kita terjaga. Pertumbuhan ekonomi bukan hanya sekadar angka, tetapi harus disertai dengan pertumbuhan lapangan kerja dan daya beli masyarakat. Selain inflasi rendah, rakyat juga harus mampu membeli kebutuhan sehari-hari mereka. Ini adalah elemen dasar ekonomi yang harus dijaga, belum lagi stabilitas nilai tukar dan kebijakan fiskal yang sehat,” jelasnya.
SBY juga memproyeksikan bahwa pemerintahan baru dapat membawa perekonomian Indonesia kembali tumbuh di kisaran 6-7%.
Namun, ia mengingatkan agar pemerintah tidak terlalu ambisius dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, karena hal tersebut dapat menimbulkan risiko overheating atau "panasnya" sistem keuangan.
"Kalau bisa tumbuh 1% saja dari kondisi sekarang, itu sudah merupakan sebuah prestasi besar," ungkap SBY.
Dalam jangka pendek, SBY mendorong pemerintah untuk memprioritaskan sisi permintaan, terutama meningkatkan konsumsi rumah tangga.
Menurutnya, konsumsi rumah tangga adalah salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan oleh karena itu, kelas menengah harus dijaga agar tidak jatuh ke tingkat kemiskinan.
BACA JUGA : Presiden Joko Widodo akan Kembali Lakukan Groundbreaking di IKN dalam Waku Dekat
“Saya sedih melihat banyak kelas menengah yang jatuh mendekati garis kemiskinan. Ini tidak boleh dibiarkan, dan tidak boleh dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kelas menengah semakin menurun, berarti daya beli mereka juga turun. Padahal, konsumsi rumah tangga adalah komponen utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi kita,” tambahnya.
Selain fokus pada pertumbuhan ekonomi, SBY juga menyoroti pentingnya kepastian hukum. Ia menilai bahwa sistem peradilan dan penegakan hukum di Indonesia harus terus direformasi agar bisa menjadi sumber keadilan yang andal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: