Pilkada Serentak Ditinjau dari Ilmu Marketing; Antara Gejolak dan Pemanfaatan Peluang

Pilkada Serentak Ditinjau dari Ilmu Marketing; Antara Gejolak dan Pemanfaatan Peluang

Warti Ratnasari--

Bagi marketer, ini adalah tantangan besar, tapi juga bisa menjadi peluang. 

Menurunnya daya beli ini mendorong perusahaan untuk lebih kreatif dalam menyusun strategi. 

BACA JUGA: Peluang Mengecil, PDIP-Demokrat Harapan Terakhir Sang Petahana

Fokus bisa beralih ke produk atau layanan yang memberikan value for money, dengan menekankan pada benefit dan solusi yang relevan bagi konsumen. 

Kampanye yang menonjolkan efisiensi, inovasi, dan pengalaman yang unik akan lebih mudah menarik perhatian pasar yang cenderung selektif dalam membelanjakan uang mereka.

Sikap Bisnis "Wait & See": Kapan Harus Melangkah?

Banyak pelaku bisnis saat ini memilih untuk menunggu perkembangan ekonomi dan politik sebelum mengambil langkah besar. Namun, menunggu tidak berarti berhenti. Inilah saat yang tepat bagi para marketer untuk tetap bergerak dan bersiap menghadapi perubahan.

BACA JUGA: KPU Kaltim Ingatkan Paslon soal Pembatasan Dana Kampanye Pilkada 2024

Dalam situasi ini, strategi "Never Stop" (N-STOP) menjadi prinsip yang relevan. Meski pasar tampak lambat dan penuh ketidakpastian, marketer harus tetap:

1. Menganalisis data dan perilaku konsumen secara real-time.

2.Memperbarui strategi sesuai dengan kondisi terbaru, tanpa meninggalkan perencanaan jangka panjang.

3. Memperkuat brand presence dengan melakukan penetrasi pasar secara cerdas, baik melalui digital maupun offline.

4.Menjalin komunikasi lebih dekat dengan konsumen, memahami kebutuhan mereka, dan membangun loyalitas melalui interaksi yang otentik.

BACA JUGA: Cegah Hoax dan Isu SARA dalam Pilkada 2024, KPU Balikpapan Tegaskan Pentingnya Peran Media

Kejar Target dan Persiapkan Strategi Tahun Depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: