Maskot Jakarta yang Ada di Berau

Maskot Jakarta yang Ada di Berau

Elang Bondol merupakan maskot Kota Jakarta. Untuk melihatnya, tak perlu jauh-jauh ke kota metropolitan itu. Di Berau, cukup ke Pulau Sangalaki, dan Pulau Semama. HENDRA IRAWAN, Tanjung Redeb ELANG ini merupakan salah satu jenis elang yang dapat dijumpai di Indonesia. Elang Bondol kadang disebut juga sebagai Lang Lang Merah atau Elang Tembikar. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Brahminy Kite atau Red-backed Sea-eagle. Sedangkan nama ilmiah hewan ini adalah Haliastur indus. Dilihat dari ciri-ciri dan perilaku Elang Bondol tubuhnya, berukuran sedang dengan besar sekitar 45 cm. Saat dewasa, bagian kepala, leher, hingga dada berwarna putih. Sedangkan bulu lainnya berwarna cokelat pirang. Pada elang remaja, hampir keseluruhan bulunya berwarna cokelat. Elang ini mempunyai daerah sebaran yang luas di belahan dunia. Mulai dari Australia, Bangladesh, Brunei Darussalam, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Makao, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Papua New Guinea, Filipina, Singapura hingga kepulauan Solomon. Di Indonesia sendiri, burung ini dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua. Habitat utama burung Elang bondol adalah daerah pesisir pantai, hutan mangrove, rawa-rawa, dan danau di daerah dataran rendah hingga ketinggian 3.000 meter dpl. “Termasuk di Pulau Konservasi Sangalaki dan Pulau Semama, yang memang keberadaan elang ini di pulau itu masih terjaga,” ungkap Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, Dheny Mardiono Kehidupannya lebih banyak dilakukan menyendiri. Meskipun pada daerah dengan sumber makanan yang melimpah dapat hidup berkelompok hingga mencapai puluhan individu. Postur tubuh yang kekar membuatnya terlihat gagah. Elang jenis ini memiliki keunikan di saat sedang terbang. Elang bondol sering memamerkan gerakan terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat. Itu dilakukan secara berulang-ulang. “Burung ini juga terbang rendah di atas permukaan air untuk mencari mangsa,” ujarnya Makanan Elang Bondol cukup bervariasi. Burung ini sering memakan kepiting, udang, dan ikan, hingga sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Elang ini juga memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil baik hidup atau sudah mati. “Di sana (Sangalaki dan Semama) juga, sumber makanan masih banyak,” bebernya. Untuk musim berkembang biak, biasanya berlangsung pada Januari-Juli dan Mei-Oktober. Burung ini akan membuat sarang yang tersusun atas patahan ranting, rumput, daun, rumput laut hingga sampah dan diletakkan di atas pohon yang diperikannya aman. Dalam satu musim elang ini bertelur antara 1-4 butir. Telur itu akan menetas setelah dierami selama 28-35 hari. Burung pemakan daging ini memiliki keunikan yang terletak pada kepalanya. Itu dikarenakan kepala burung itu terlihat seperti botak, sehingga elang ini diberi nama Elang Bondol. Namun, siapa sangka, satwa unik tersebut, kini semakin terancam akibat habitatnya yang terus berkurang. IUCN Red List memberikan status konservasi Least Concern (Risiko Rendah) kepada burung pemangsa ini sejak 2004. Sedangkan CITES (Convention on International Trade of Endangered Fauna and Flora/Konvensi tentang Perdagangan International Satwa dan Tumbuhan) memasukkannya dalam daftar Apendiks II. “Penurunan populasi Elang Bondol diakibatkan oleh hilangnya habitat, perburuan dan perdagangan satwa. Penggunaan pestisida yang berlebihan, serta semakin berkurangnya mangsa akibat pencemaran laut,” jelasnya Di Indonesia sendiri Elang bondol termasuk satwa yang dilindungi dan terdaftar dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Selain itu hewan ini ditetapkan sebagai Fauna Identitas (Maskot) Provinsi DKI Jakarta mendampingi Salak Condet (Flora Identitas) berdasarkan Keputusan Gubernur No 1796 Tahun 1989. Terakhir, burung pemangsa ini juga dijadikan logo Transjakarta. Meskipun populasi global masih dianggap cukup aman dari kepunahan, namun di beberapa tempat di Indonesia, Elang Bondol justru mulai langka dan sulit ditemukan, termasuk di Kabupaten Berau. Untuk itu, pihaknya terus berkomitmen untuk menjaga seluruh populasi yang berada di Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki dan Suaka Margasatwa (SM) Pulau Semama. “Kami terus menjaga satwa di pulau konservasi baik itu dilindungi ataupun satwa tidak dilindungi sekalipun,” pungkasnya (*/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: