Cegah Bullying di Sekolah, Prodi HI Fisip Unmul Gelar PKM Workshop Pembuatan Poster Anti-Bullying

Cegah Bullying di Sekolah, Prodi HI Fisip Unmul Gelar PKM Workshop Pembuatan Poster Anti-Bullying

Pengabdian masyarakat oleh Prodi HI Fisip Unmul-istimewa-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Perundungan atau bullying menjadi fenomena yang cukup mengkhawatirkan.

Pasalnya, kerap memberi dampak yang cukup panjang dari emosi negatif setiap korban perundungan yang berupa perasaan rendah diri. 

Berdasarkan riset PISA 2018, Indonesia berada di posisi lima dari 78 negara dengan kasus bullying terbanyak.

Sebanyak 41.1% anak dan remaja di Indonesia mengaku menjadi korban bullying.

KPAI mencatat 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak dari 2011 hingga 2019, dengan kasus perundungan mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat.

BACA JUGA : Relasi Kuasa Picu Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi, Satgas PPKS Unmul Tangani 27 Kasus

Atas dasar tersebut, Prodi Hubungan Internasional Fisip Universitas Mulawarman menggelar Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berupa workshop pembuatan poster anti-bullying di SMP Negeri 7 Samarinda.

Tim PKM Fisip Unmul melibatkan dosen dan mahasiswa yakni Yayuk Anggraini, Frentika Wahyu Retnowatik, Frisca Alexandra, dan tim mahasiswa adalah Muhammad Faris Firjatullah Faisa dan Esmeralda Jeanifer Ina Tokan.

Hadir sebagai pemateri pelatihan pembuatan poster dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Susiyo Guntur. 

Sekitar 20 siswa SMPN 7 Samarinda mengikuti pelatihan pembuatan poster dan sosialisasi anti bullying.

BACA JUGA : Akademisi Unmul Kritik Uji Coba Taksi Terbang, Sebut Masih Banyak Rakyat Kaltim Kesulitan Air Bersih

Menurut Ketua Pelaksana kegiatan workshop, Yayuk Anggraini, pelaksanaan dilaksanakan di sekolah sebab salah satu tempat dengan tindakan perundungan terbanyak adalah sekolah.

Yayuk mengutip data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menyebutkan bahwa ada sekitar 3800 kasus perundungan yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2023.

Hampir separuhnya terjadi di lingkungan sekolah termasuk juga pondok pesantren. Jika dipresentasekan hampir 30-40 % dari keseluruhan kasus terjadi di sekolah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: