Mewaspadai Kerja Sama Asing Pada Kampus dan Intelektual

Mewaspadai Kerja Sama Asing Pada Kampus dan Intelektual

Tampaknya, tawaran kerja sama asing dalam pengembangan kampus dan intelektual terus membanjiri Indonesia termasuk Kalimantan Timur. Belum lama ini, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda kembali menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan pihak Malaysia. Kali ini, IAIN bekerjasama dengan Universitas Islam Internasional Antar Bangsa Selangor. Kerja sama meliputi Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (Iain-samarinda.ac.id, 26/11/2019). Selain IAIN, Politeknik Negeri Samarinda juga tak luput perhatian dari pihak asing. Pada Rabu, 24 Juli 2019 lalu, Polnes mendapat kunjungan dari Bill Duggan dan Mawardi yang merupakan representative dari University of Waterloo Canada (Polnes.ac.id, 26/07/2019). Menurut Wakil Direktur IV Politeknik Negeri Samarinda Bidang Kerjasama Surahman, PhD tujuan mereka berkunjung ke Polnes untuk melakukan penjajakan kemungkinan kerja sama dalam peningkatan kapasitas dosen, mahasiswa dan staf tendik yang nantinya diharapkan akan ada model pelatihan, developing kurikulum, penerapan dual system di Polnes sehingga kualitas pendidikan Polnes dan lulusan mahasiswanya semakin meningkat. Kemudian, Unmul Samarinda pun tak mau ketinggalan. Dilihat dari website Unmul.ac.id, ada sekitar 24 MoU yang ditandatangani oleh Unmul dengan beberapa universitas luar negeri sejak tahun 2012-2022. Di antaranya ada universitas yang berasal dari Sudan, Turki, Thailand, USA, New Zealand, Netherlands, China, Jepang, Amerika Serikat, Malaysia dan Brunei Darussalam. Mewaspadai Bahaya yang Mengintai Fakta banyaknya jalinan kerja sama asing dengan beberapa kampus di Kaltim tersebut tentu saja diamini oleh pemerintah. Bahkan, hal tersebut merupakan suatu prestasi yang membanggakan bagi pihak kampus untuk terus mengepakkan sayapnya dalam rangka mewujudkan visinya menjadi perguruan tinggi yang berkembang dan terdepan. Namun, jika kita mau berpikir lebih mendalam, sebenarnya prestasi  tersebut justru membahayakan bagi kampus dan kaum intelektual. Tak dapat dipungkiri, pendidikan saat ini tegak atas dasar ideologi yang dianut oleh negara yaitu sekulerisme sebagai penyelenggara pendidikan. Sehingga tak heran, kampus dan intelektual telah terjebak dalam jeratan peradaban barat sekuler guna mempertahankan hegemoninya atas penguasaan dunia Islam. Pelan tapi pasti, barat terus menanamkam paham-paham sekuler dan menjadikan kampus serta kaum intelektual harus sejalan dengan agendanya. Akibatnya, islam  hanya dipelajari sebatas materi spiritual dan etika sebagaimana barat memahami agamanya. Islam juga hanya dipelajari satu aspek saja, jauh dari kehidupan dan hakikat kehidupan. Bahaya lainnya, pendidikan kampus dan intelektual telah dimanipulasi oleh agenda barat. Ungkapan “untuk pengembangan kampus dan intelektual” hanya menjadi  mantra manis bagi asing untuk terus menjajah kampus dan kaum intelektual dengan kedok kemudahan pendidikan, beasiswa, penelitian, dan lain-lain yang tentunya hanya difokuskan menghasilkan keuntungan pasar dan industri. Pada akhirnya, dengan desain pendidikan berdasarkan peradaban barat sekuler hanya mencetak SDM sebatas pekerja alias buruh. Sedangkan potensi para intelektualnya menjadi sia-sia karena kekayaan pemikiran yang dimilikinya bukan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan problem kehidupan masyarakat. Karenanya, para intelektual haruslah menyadari dan mewaspadai bahwa pendidikan ala barat dengan berbagai kerja sama asing akan menjadi sumber kerusakan yang semakin menjauhkan ketakwaan ummat. Bahkan kini, orientasi pendidikan kampus dan intelektual bukan lagi untuk kemajuan bangsa melainkan demi kepentingan barat. Kampus dan Intelektual dalam Peradaban Islam Peradaban Islam memiliki khasanah pemikiran khas yang berbeda dengan apa yang dijabarkan oleh barat. Peradaban Islam telah menggambarkan kepada kita bahwa dalam sistem pendidikan Islam sesungguhnya akan membentuk manusia sesuai hakekatnya yang berasal dari Allah SWT dengan amanah dan tujuannya sebagai hamba Allah yang selalu beribadah kepada-Nya. Iplikasi yang tercipta dari hal tersebut adalah pengembangan ilmu pengetahuan, nilai dan keterampilan yang hakiki digunakan untuk mendapatkan rida dari-Nya, memenuhi kebutuhan serta sebagai problem solver bagi ummat. Adapun dalam pengelolaan pendidikan tinggi dalam negara Islam dirancang untuk mengoptimalkan potensi intelektual untuk kemanfaatan ummat. Bukan untuk melayani kepentingan pemegang peradaban sekuler. Negara Islam merancang pendidikan tinggi untuk mencapai 3 tujuan pokok. Pertama, memfokuskan dan memperdalam kepribadian Islam yang telah dibangun dengan sempurna pada level pendidikan sekolah, dan mengangkat kepribadian ini untuk menjadi pemimpin yang menjaga dan melayani persoalan vital umat. Kedua, membentuk gugus tugas yang mampu melayani kepentingan vital umat. Ketiga, membentuk gugus tugas yang mampu melayani kepentingan vital umat. Demikianlah, negara Islam akan mampu membangun sistem pendidikan tinggi yang berkembang dan terdepan, dapat menghidupkan kembali kampus dan intelektual untuk membangun peradaban Islam, serta membuat langkah besar dalam pengembangan dan penelitian demi kebangkitan ummat Islam. Wallahu a’lam bish shawab. (*/Pemerhati Masalah Pendidikan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: