Peneliti Temukan Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Turbulensi Singapore Airlines

Peneliti Temukan Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Turbulensi Singapore Airlines

Kemenlu RI memastikan tak ada WNI yang menjadi korban turbulensi yang dialami pesawat Singapore Airlines SQ321 rute London-Singapura, pada Senin (20/5/2024).-(Foto/Dok.Singapore Airlines)-

Apakah krisis iklim memperburuk keadaan? 

Ya, menurut setidaknya satu penelitian. Para ilmuwan di Universitas Reading menegaskan bahwa suhu yang lebih tinggi akibat krisis iklim menyebabkan peningkatan turbulensi yang signifikan. 

Fenomena ini mempengaruhi keselamatan penerbangan dan meningkatkan risiko kejadian seperti yang dialami oleh Singapore Airlines.

BACA JUGA: Terjadi Krisis Air Bersih di Balikpapan, Praktisi Hukum Sebut Kota Penyangga IKN Hanya Mimpi

Walaupun kematian akibat turbulensi jarang terjadi, catatan penumpang yang mengalami cedera akibat turbulensi cukup panjang. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi industri penerbangan untuk terus mengembangkan teknologi dan prosedur keselamatan guna mengantisipasi dan memitigasi risiko yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Perubahan iklim bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah keselamatan. 

Insiden turbulensi pada penerbangan Singapore Airlines SQ321 menjadi pengingat akan pentingnya adaptasi terhadap kondisi cuaca yang semakin ekstrem.

BACA JUGA: Menteri PUPR "Berkeras" Sembunyikan Dokumen Pembangunan Bendungan Sepaku-Semoi di IKN

Pernyataan Singapore Airlines

Singapore Airlines menyatakan bahwa penerbangan SQ321 membawa 211 penumpang dan 18 awak. 

Dalam pernyataannya, maskapai menyampaikan duka cita mendalam pada keluarga yang ditinggalkan. 

Menurut laporan AP pada hari Rabu (22/5/2024), penyebab kematian penumpang berusia 73 tahun masih dalam penyelidikan. 

Pihak berwenang mencurigai bahwa pria tersebut mungkin mengalami serangan jantung akibat turbulensi, meskipun hal ini belum dikonfirmasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: