Gempa Bawean Terasa hingga Balikpapan, BMKG Ungkap 12 Fakta, Nomor 6 Bikin Resah

Gempa Bawean Terasa hingga Balikpapan, BMKG Ungkap 12 Fakta, Nomor 6 Bikin Resah

Bangunan masjid di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur ambruk akibat gempa yang mengguncang pulau tersebut.-(Istimewa)-

NOMORSATUKALTIM - Gempa berkekuatan magnitudo (M) 5,9 dan 6,5 yang mengguncang Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur pada Jumat (22/3/2024) lalu, terasa hingga Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim).  

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap 12 fakta mengenai gempa yang merusak puluhan bangunan, termasuk rumah sakit, kantor pemerintah, masjid, sekolah, pondok pesantren dan rumah warga tersebut. Catatan BNPB, 17.564 orang terdampak gempa ini.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya menyampaikan, fakta pertama dari gempa Bawean adalah gempa tersebut merupakan jenis gempa kerak dangkal.

"Gempa kerak dangkal itu dipicu oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser atau mendatar di Laut Jawa," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (24/3/2024).

BACA JUGA: Fenomena War Takjil Bagi Nonis yang Lagi Viral Tahun Ini, Bagaimana Pandangannya Dalam Islam?

Fakta kedua menunjukkan bahwa gempa di Bawean memiliki karakteristik merusak atau destruktif, menyebabkan kerusakan bangunan tidak hanya di Pulau Bawean, tetapi juga di berbagai daerah di sekitarnya, termasuk Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan di Madura, dan Banjarbaru.

Selanjutnya, fakta ketiga mengungkapkan bahwa guncangan gempa di Bawean memiliki spektrum yang luas, sehingga dampak guncangan dirasakan hingga ke daerah yang jauh dari pulau tersebut, seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo, Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen.

Fakta selanjutnya adalah bahwa gempa tersebut tidak memiliki potensi tsunami. Daryono menjelaskan bahwa hasil pemodelan tsunami oleh BMKG menunjukkan bahwa gempa di Bawean tidak berpotensi tsunami. Data lapangan dari monitoring muka laut dengan menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban juga menunjukkan bahwa tidak ada anomali catatan tsunami.

BACA JUGA: Suhu Bumi Naik 4,45 Derajat, BMKG Sebut Terpanas sejak Era Pra Industrialisasi

Fakta kelima adalah bahwa gempa di Bawean berpusat di zona aktivitas kegempaan yang rendah. Oleh karena itu, masyarakat awam menganggap gempa di Bawean sebagai "gempa tidak lazim" karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal.

Selama ini, kata Daryono, wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500–600 km.

Keenam, gempa Bawean berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus. gempa Bawean membuktikan bahwa ternyata jalur sesar di Laut Jawa masih aktif sekaligus menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat Pulau Bawean.

"Gempa dapat berulang dan terjadi kapan saja. Meskipun termasuk dalam zona kegempaan rendah, Laut Jawa utara Jawa Timur tetap memiliki potensi gempa karena secara geologi dan tektonik terdapat jalur Sesar Tua Pola Meratus," kata Daryono menambahkan.

BACA JUGA: Waspada Pasang Laut 2,7 Meter! BMKG Peringatkan Warga Pesisir Kaltim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: