Sulit Ditemukan, Pernah Terlihat di Bidukbiduk

Sulit Ditemukan, Pernah Terlihat di Bidukbiduk

Tak banyak yang tahu tentang Kuau Raja di Kabupaten Berau. Bahkan mendengar namanya pun masih asing bagi masyarakat, itu karena jumlahnya sangat sedikit sehingga sulit ditemukan. HENDRA IRAWAN, Tanjung Redeb BURUNG Kuau Raja dengan nama latin Argusianus argus adalah jenis burung yang ukuran tubuhnya besar. Selain berukuran besar, burung ini juga memiliki bulu yang motifnya bundaran-bundaran seperti halnya mata. Penyebarannya di Indonesia meliputi Pulau Sumatera dan berbagai wilayah di Kalimantan. Meski sejenis burung, Kuau Raja hanya bisa terbang jarak tertentu saja, namun kemampuan mereka berlari sangat baik. Burung tersebut juga memiliki penciuman dan pendengaran yang sangat tajam, ini menjadikannya sulit untuk didekati. Sarangnya di permukaan tanah, dan makanannya terdiri dari buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput, semut dan berbagai jenis serangga. Salah satu dari keunikan burung yang juga dikenal dengan sebutan Great argus ini, adalah saat menjelang kawin. Seperti halnya burung merak, Kuau jantan akan memamerkan tarian di depan Kuau betina dengan mengembangkan bulu sayap dan ekor. Bulu ekornya akan mengembang seperti kipas dengan dua bulu ekor terpanjang tegak menjulang di tengah-tengah ‘kipas raksasa’ tersebut. Perlahan-lahan ‘kipas raksasa’ itu kemudian ditarik ke depan sehingga tubuh, kepala dan kakinya tersembunyi di balik bulu. Setelah mengembang bulu itu kemudian digetarkan sehingga menimbulkan suara khas. “Kuau Raja pernah terlihat dan divideokan saat menari-nari ketika hendak kawin di wilayah Kecamatan Bidukbiduk, khususnya di sekitar Kampung Teluk Sumbang,” ungkap Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Dheny Mardiono melalui stafnya, Prawira harja, selaku Pengendali Ekosistem Hutan pada SKW I Kaltim. Habitat yang disukainya adalah hutan primer di dataran rendah hingga ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Hanya dikatakannya, data terkait keberadaan burung tersebut di Kabupaten Berau, masih sangat minim. Sehingga pihaknya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi jumlah burung itu. “Kalau data terkait Kuau Raja memang masih sedikit kami miliki,” jelasnya Burung Kuau Raja merupakan salah satu burung dengan ukuran besar dari burung lainnya. Jantan dewasa dapat tumbuh sepanjang hingga 2 meter (kepala sampai ekor), sedangkan burung kuau besar betina hanya sekitar 75 cm dengan ekor dan bulu sayap lebih pendek. Berat badannya mampu mencapai 10 kg lebih. “Selain bulatan-bulatan menyerupai mata pada bulunya, ciri khas lainnya burung ini adalah terdapatnya dua helai bulu ekor yang panjangnya hingga 1 meter,dan bulu menyerupai jambul di kepalanya,” terangnya Menurutnya, burung tersebut sudah sangat jarang dijumpai karena jumlahnya kian sedikit. Kuau raja sendiri termasuk dalam kategori fauna yang hampir terancam punah (NearThreatened) yang dirilis oleh lembaga konservasi dunia yakni IUCN (International Union for Conservation of Nature) Dan di Indonesia, burung kuau raja pun termasuk burung yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999. “Burung Kuau Raja juga terdaftar sebagai CITES Apendiks II, yang tidak boleh diburu dan diperdagangkan,” ujarnya. Meski memiliki keunikan tersendiri seperti halnya merak, keberadaan burung tersebut juga terancam di alam bebas. Ancaman terhadap kelestarian burung ini terutama disebabkan oleh rusaknya habitat akibat kerusakan hutan, kebakaran hutan, dan alih fungsi hutan. Pihaknya berharap, masyarakat dapat membantu kelestarian Kuau Raja dengan cara tidak mengganggu habitatnya di alam liar. “Praktik perburuan yang dilakukan oknum untuk ditangkap mendapatkan daging, dan bulunya ataupun untuk diperdagangkan juga menjadi ancaman,” pungkasnya. (*ZZA/APP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: