Drama Sang Mulawarman di Paser Disambut Gerimis

Drama Sang Mulawarman di Paser Disambut Gerimis

Teater Matahari Samarinda saat pentaskan drama Sang Mulawarman di Kabupaten Paser.- (Awal/Disway)-

Paser, Nomorsatukaltim – Maharaja Sang Mulawarman jatuh sakit. Tak biasa. Usai mempersunting Putri Dewi Anggiswari dari kasta Waisya. Konon penyakit itu merupakan kutukan dari dewa di kayangan.

 

Di luar sana, Pangeran Maladipa, seorang penguasa rupawan yang menjadi pesaingnya, jatuh hati dengan sang putri. Ia mengidamkan cintanya sejak lama. Namun Sang Hyang Widhi Wasa berkehendak lain. Sang pangeran cemburu, tak terima tertolak cintanya.  Sebab Dewi Anggiswari adalah pujaan hati yang ia impiakn sejak dulu.

Ia mengatur intrik bersama Santang Jiwa, seorang menteri. Konspirasi diatur agar rakyat tidak lagi percaya dengan rajanya sendiri, Maharaja Sang Mulawarman. Dirangkailah sakit Maharaja sebagai kutukan dewa. Rakyat percaya, pun dengan petinggi kerajaan. Berkat bisikan dari abdi dalem, Santang Jiwa. Beberapa panglima terhasut dan menganggap raja mereka sudah tidak sesempurna lagi.

Pangeran Maladipa mengumpulkan mereka yagn terhasu, bermaksud untuk memberontak. Ia berambisi menjadi raja dan merebut kembali Dewi Anggiswari dari Maharaja Sri Mulawarman. Namun konspirasi dan intrik komplotan itu berhasil dibongkar Maharesi Mukti Dahana di hadapan sidang kerajaan. Maharesi Mukti Dahana diberitahu jikalau kejahatan Pangeran Maladipa justru dari putrinya sendiri, Cempaka Dewi. Yang menjadi otak itu semua adalah Mahapatih Ramapati.

Terbongarnya rencana busuk Pangeran Maladipa terbongkar. Sang Mulawarman bersyukur ia masih hidup dan memerintah kerajana. Ia pun memerintahkan upacara pengorbanan 20 ribu ekor sapi kepada para Brahmana, sebagai upacara atau ruwatan kesucian Maharaja Sang Mulawarman dan Kerajaan Martadipura.

Itulah jalannya cerita dari Teater Matahari Samarinda yang mementaskan drama Sang Mulawarman di Paser. Meski gerimis turun saat pementasan pada Senin (27/11/2023) malam, penonton tetap terpukau. Terutama mereka yang berkunjun di Wisata Kuliner Sungai Tuak, Kecamatan Tanah Grogot.

Penulis naskah Sang Mulawarman, Hamdani menuturkan drama itu mengisahkan tentang Kerajaan Martadipura yang aman dan tenteram. Akan tetapi, dihebohkan dengan wabah penyakit menimpa rakyatnya. Para penderita wabah itu banyak meninggal dengan tubuh menghitam dan berba.

"Maharaja Sang Mulawarman raja Martadipura resah dengan adanya wabah itu," kata Hamdani.

Ia bersyukur pementasan ini berjalan lancar, meski ditengah guyuran hujan.

"Walaupun hujan dan disertai gemuruh guntur, tak membuat para talenta terganggu. Para talenta tetap tampil dengan memukau dan hasilnya sangat baik, cukup puas dengan penampilan kali ini," pungkas Hamdani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: