Bawaslu Minta Seluruh Komisioner KPU RI Diberhentikan Sementara

Bawaslu Minta Seluruh Komisioner KPU RI Diberhentikan Sementara

Nomorsatukaltim.com -  Badan Pengawas Pemilu RI meminta Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara kepada seluruh komisioner KPU RI.

Permintaan itu sebagai petitum Bawaslu RI atas perkara dugaan pelanggaran kode etik tujuh komisioner KPU RI. Musababnya, diduga merka membatasi akses pihaknya terhadap dokumen persyaratan bakal calon anggota legislatif Pemilu 2024.

"Para Pengadu memohon kepada DKPP berdasarkan kewenangannya untuk memutuskan, memberikan sanksi pemberhentian sementara (kepada Teradu 1 hingga Teradu 7)," ujar Ketua Bawaslu RI, Rahmat Bagja membacakan keterangan pihaknya dalam persidangan perdana di Ruang Sidang DKPP, dikutip dari Rol, Senin (4/9/2023).

Teradu 1 dalam perkara ini, Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari. Teradu 2 hingga 7 adalah anggota KPU RI Mochammad Afifuddin, Betty Epsilon Idroos, Parsadaan Harahap, Yulianto Sudrajat, Idham Holik, dan August Mellaz.

Adapun pembuat aduan atau pengadu yaitu Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja serta empat komisioner Bawaslu RI lainnya, yakni Totok Hariyono, Herywn J.M. Malonda, Puadi, dan Lolly Suhenty.

Perkara ini berkaitan dengan pendaftaran bakal caleg DPR RI, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang dilakukan KPU di setiap tingkatan mulai 1 Mei 2023.

Sejak saat itu, KPU tak memberikan akses kepada Bawaslu untuk melihat data dan dokumen persyaratan bakal caleg yang diunggah partai politik di Sistem Informasi Pencalonan (Silon) KPU RI.

Bawaslu mengaku juga dibatasi saat melakukan pengawasan melekat terhadap petugas KPU yang tengah melakukan verifikasi administrasi terhadap dokumen persyaratan bakal caleg.

Petugas Bawaslu disebut hanya boleh mengawasi secara langsung selama 15 menit.

Bawaslu RI sudah empat kali mengirimkan surat protes kepada KPU RI yang isinya meminta akses Silon.

KPU RI hanya memberikan akses silon terbatas berupa nama bakal caleg, nomor urut, daerah pemilihan, partai politiknya. Padahal, objek pengawasan dokumen persyaratan seperti ijazah, surat keterangan dari pengadilan, dan lainnya.

Komisioner Bawaslu RI Totok Hariyono dalam persidangan mengatakan, pembatasan akses oleh KPU RI itu menghalangi tugas lembaganya mengawasi semua tahapan penyelenggaraan Pemilu 2024.

Totok juga mendalilkan bahwa KPU RI melanggar UU Pemilu karena menerima pendaftaran bakal caleg di luar jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan KPU.

Menurut Totok, tujuh komisioner KPU RI melanggar sejumlah pasal dalam Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: