Pemerintah Impor Gula dari Thailand

Pemerintah Impor Gula dari Thailand

Nomorsatukaltim.com – Pemerintah melakukan impor gula kristal putih. Sekitar 2.000 ton gula yang diimpor dari Thailand telah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada Sabtu (1/4/2023). Mengacu perhitungan Neraca Komoditas Pangan tahun 2023 dari kebutuhan nasional 3,4 juta ton, diperkirakan produksi nasional mencapai 2,6 juta ton. Dari jumlah itu masih ada carry over dari tahun 2022 sebesar 1,1 juta ton. Sehingga diperlukan pengadaan 900 ribu ton agar di akhir tahun masih terdapat stok 1,2 juta ton, dan kebutuhan gula pada momentum hari besar keagamaan dapat terpenuhi. Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menjelaskan, kedatangan impor gula kristal putih untuk memeenuhi kebutuhan stok gula menghadapi Ramadan dan Idul Fitri.  Hal itu disampaikan Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, sebagaimana dilaporkan infopublik, Sabtu lalu. Arief berujar pengadaan gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang mengalami peningkatan permintaan di momentum Hari Besar Keagamaan. Arief menjelaskan, tahun ini, kuota impor gula mentah setara GKP sebanyak 991.000 ton. Jumlah ini diharapkan bisa terealisasi sejak awal tahun. Namun, jadwal impor mundur karena ada 1 juta ton stok sisa dari tahun 2022. Ia memastikan, kuota impor sudah memperhatikan kondisi pasar. Gula yang didatangkan dari Thailand dan India pada semester II-2023 ini untuk stabilisasi harga dan mencukupi kebutuhan nasional. Dengan kebutuhan gula konsumsi sebanyak 3,4 juta ton per tahun, pemenuhan pasokan dari dalam negeri masih memegang porsi terbesar, yaitu 2,6 juta ton. Di sisi lain musim giling tebu baru akan mulai sekitar bulan Mei. Sehingga ketersediaan gula masih harus ditopang dari luar. Langkah impor sekaligus menjaga harga di pasaran agar tetap berjalan sesuai Perbadan 11 Tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen (HAP) untuk Komoditas Gula Konsumsi, sebesar Rp 13.500/kg. "Pengadaan dari luar ini hanya untuk mengamankan stok gula memenuhi kebutuhan dan stabilisasi pasokan serta harga khususnya saat Ramadan dan Idul Fitri. Sesuai kesepakatan Rapat Koordinasi Teknis dan Rapat Koordinasi Terbatas tingkat Menteri pada Januari lalu," terang Arief. Ia bilang, langkah itu sejalan arahan Jokowi agar Kementerian/Lembaga secara detail menghitung dan memastikan stok pangan untuk masyarakat. Arief menekankan pengadaan harus memprioritaskan produksi dalam negeri. Untuk itu, Badan Pangan Nasional juga meminta permohonan penugasan Menteri BUMN kepada ID FOOD untuk menyerap gula petani. Ia menjelaskan harga kesepakatan terakhir sebesar Rp 11.500/kg. Tapi ia mengatakan akan melakukan review bersama asosiasi petani tebu rakyat sebagai adjustment guna mendapatkan harga yang tepat. Alasannya, karena perintah Jokowi harga harus wajar di tingkat petani, penggiling, dan konsumen. “BUMN sebagai offtaker dari produksi petani dan peternak," tambah Arief. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Budi Santoso, menegaskan importasi pangan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri serta stabilisasi pasokan dan harga pangan. "Memang kebutuhan nasional, dan itu dasarnya dari rakortas sesuai neraca komoditas maka diputuskan impor, kalau surplus ya kita ekspor," tuturnya. Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD Frans Marganda Tambunan mengatakan bongkar muat pada Sabtu (1/4/2023) bagian dari 32.500 ton dari total penugasan 107.900 ton. Nantinya gula impor itu akan bertahap sampai Mei 2023. “Realisasi penugasan gula ini diharapkan dapat menjaga harga gula sesuai Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan pemerintah,” jelasnya. Ia berujar rencana realisasi penugasan pengadaan gula tahun 2023 akan masuk melalui beberapa titik wilayah kedatangan, yakni Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak dan Medan. (*/ Ifp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: