Ironi Pendidikan Kota Tepian, Semakin Jauh Makin Tertinggal
![Ironi Pendidikan Kota Tepian, Semakin Jauh Makin Tertinggal](https://nomorsatukaltim.disway.id/uploads/IMG-20191115-WA0010.jpg)
Bagian belakang SD Filial 004 banyak retak di semua bagian. (Michael/DiswayKaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com – Pendidikan di ibu kota belum merata. Khususnya di kawasan terpencil. Jauh dari pusat kota. SD Filial 004, Berambai, Samarinda Utara diantaranya. Induk sekolah tersebut, SDN 004 berada di Jalan Padat Karya. Jarak dengan sekolah induk sekitar 13 kilometer. Kondisinya memprihatinkan. Mulai dari infrastruktur bangunan, buku hingga alat praktik belajar. Akses menuju sekolah pun menguji kesabaran. Banyak lubang kecil menganga di jalan yang dominan berbatu. Meski sebagian ada pula yang disemenisasi. Lahan bekas tambang juga terpampang. Di kiri dan kanan jalan. Bahkan, bekas galian batu bara menggunung di pinggir jalan. Tumpukan itu jaraknya hanya beberapa meter dari sekolah. Meski berstatu filial, bangunannya terbuat dari beton. Walau pun keretakan pada bangunan tidak bisa disembunyikan. Usianya sudah 20 tahun. Beberapa pondasi terlihat hendak ambruk. Di bagian belakang sekolah justru retak. Lantai sekolah pun sama. Retak. Terbuat dari ubin abu-abu, bukan marmer. Di sekolah ini hanya ada tiga ruangan. Satu unntuk ruang guru, sisanya untuk kelas. Dua guru honorer mengajar di SD filial. Yaitu Bertha Bua'dera dan Herpina. Keduanya mengajar mulai dari kelas I hingga VI. "Ya, kami gantian. Dari kelas I kemudian ke kelas II, begitu selanjutnya," kata Bertha. Agar memudahkan, kelas I lokasinya berdekatan dengan jendela kanan. Kelas II berada di tengah sementara kelas III di sebelah kiri. Hanya dengan metode itu, belajar-mengajar di SD Filial 004 bisa berjalan baik. Tidak hanya itu, kedua guru itu mengaku kesulitan dalam melaksanakan kurikulum 2013 (K-13). Pasalnya, kurikulum tersebut menuntut lebih banyak melakukan praktik disertai alat peraga. "Kalau kami pinjam, timbangan misalnya. Itu punya orang kalau rusak minta ganti, gaji mana cukup," keluh Bertha. Dia berharap sekolah mendapat perhatian. Sebab tiap tahun jumlah murid menurun. Tiga tahun lalu, jumlah siswa 30 orang. Saat ini turun mencapai setengahnya yakni 17 siswa saja. "Kami ingin agar orang tua aktif mengajar anak-anaknya karena beberapa siswa ada yang belum bisa membaca," pungkasnya. (mic/boy)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: