Tak Mau Wisata Biasa Saja, Mesra Gandeng Unmul Kembangkan Aplikasi Palapa

Tak Mau Wisata Biasa Saja, Mesra Gandeng Unmul Kembangkan Aplikasi Palapa

Nomorsatukaltim.com - Mengembangkan dan mempromosikan pariwisata tetap harus mengikuti perkembangan zaman. Penggunaan aplikasi untuk memudahkan customer bisa menjadi pilihan. Yusan Tri Ananda menggagas peluncuran aplikasi Palapa. Aplikasi berisi konten berupa tempat wisata yang anti mainstream. Kenapa demikian? Ia tak ingin jualan tempat wisata yang biasa-biasa saja. Seperti museum, titik nol IKN, dan sejenisnya. Menurutnya banyak potensi lain yang tidak pernah digarap industri ini. Pertambangan, kehutanan bahkan pertanian semestinya bisa menjadi industri tersebut. Tempat-tempat tadi bisa disulap menjadi wadah ekowisata yang sesuai kondisi Kaltim. Awalnya aplikasi Palapa ditujukan untuk keperluan komersil memasarkan Hotel Mesra International. Maklum, Yusan juga ownernya. Tapi setelah melalui banyak perenungan, aplikasi ini bisa dikembangkan lebih luas. Ia mengusulkan agar bisa berkolaborasi dengan Kedairek. Program pengembangan pariwisata gagasan Kemenparekraf yang bekerjasama dengan institusi perguruan tinggi. Dalam hal ini, Universitas Mulawarman aka Unmul. "Unmul yang nanti mencari konten dan konteksnya. Jadi kampus bisa pikirkan paket wisatanya," papar Yusan. Contoh ide yang telah berjalan tur tambang di kawasan perusahaan MHU di Kukar. Nah, wisata harusnya seperti itu. Punya perspektif baru, ujar Yusan. Tidak melulu museum, tempat bersejarah, titik nol dan sejenisnya yang justru membuat Kaltim akan ketinggalan dengan daerah lain. Termasuk rencana membuat desa warna-warni untuk menarik wisatawan. "Sehingga secara isi kita bisa bersaing. Kalau masih baku, kuliner, banyak  sekali. Tapi kalau secara spesifik ada, orang lebih enak memilih. Interesting nya tidak hanya jalan-jalan. Ada bidang pertanian, kehutanan. Artinya wisata itu kaya isi." Aplikasi ini telah di launching pada Selasa (20/12/2022) lalu. Untuk dapat menginstal bisa diunduh melalui lama  eduwisata-ikn.org. "Itu baru mahasiswa yang isi, bayangkan kalau tambang kaya MHU bisa bantu isi. Mana mau traveloka bikin begini, terlalu banyak isi. Kontennya harus lebih detail," jelas Yusan. Terpisah, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian memberi saran. Katanya, di Indonesia sudah terlalu banyak aplikasi. Namun karena Palapa ini berbasis tentang  IKN, dia berharap aplikasi ini bisa aktif memberikan informasi. "Aplikasi ini juga harus bermanfaat. Karena sangat fokus dan unik. Tinggal nanti bagaimana kontennya itu yang menjadi tantangannya," kata perempuan yang mengenakan hijab hijau ini. "Kita juga perlu edukasi masyarakat untuk bantu isi konten. Tinggal bagaimana menjadi konten kreator yang lebih  profesional," sambungnya. Hetifah menyebut ada sekitar 14.000 kunjungan wisatawan ke kawasan IKN. Termasuk pula ke daerah penyangga. Bahkan wisatawan asing tahun ini disebutnya mencapai 9.000 kunjungan. "Kuncinya optimalkan kehadiran orang sebab  mereka spending money juga dan pasti berdampak ke ekraf setempat,"  ujar Politisi Golkar ini. (boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: