Cuaca Pengaruhi Harga Bumbu Dapur

Cuaca Pengaruhi Harga Bumbu Dapur

Komoditas sembako di Kabupaten Paser mengalami kenaikan harga jelang tahun baru 2022. Di antaranya cabai rawit, bawang merah dan bawang putih. Bahan-bahan pelengkap bumbu dapur ini mengalami kenaikan harga, setidaknya tiga hari terakhir ini. nomorsatukaltim.com - Bawang merah sebelumnya Rp 25 ribu per kilogram, kini di angka Rp 27 ribu. Bawang putih dari Rp 25 ribu menjadi Rp 28 ribu per kilogram, sedangkan cabai rawit dijual dengan Rp 192 ribu per kilogram, sebelumnya masih Rp 92 ribu. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kabupaten Paser, Hairul Saleh, mengatakan, tingginya curah hujan dalam waktu tiga bulan terakhir jadi salah satu faktor kenaikan harga. Mengingat beberapa daerah pemasok di Paser mengalami gagal panen. "Ya petani lombok gagal panen, petani bawang merah dan bawah putih pun banyak yang gagal panen," kata Hairul Saleh, Selasa (28/12/2021) dikutip dari Harian Disway Kaltim - Disway News Network (DNN). Baca juga: Kurangi Dulu Makan Pedas, Harga Cabai di Kutim Bikin Pangling Bawang merah dan bawang putih dipasok dari luar daerah, dan terjadi gagal panen serta tingginya ombak laut juga jadi kendala. Ia memprediksi kenaikan harga ini awal atau medio Januari 2022. Dirinya membeberkan, tak menutup kemungkinan dilakukan inspeksi mendadak (Sidak) di pasar tradisional. "Akan turun ke Pasar Penyembolum Senaken untuk melihat kestabilan harga," terang Hairul Saleh. Sementara salah seorang pedagang di Pasar Penyembolum Senaken, Budiman, menuturkan, naiknya harga cabai, bawang merah, dan bawang putih akibat gagal panen. Kondisi ini pun dikeluhkan petani, karena banyak komoditas yang tak laik. Terkait pembeli dikatakan Budiman tak mengalami penurunan, malahan dapat dikatakan cukup ramai, setidaknya sejak Natal dan tahun baru (Nataru). "Ada aja sih pembeli yang mengeluh dan menanyakan kenaikan harga," singkat Budiman. Terpisah, pedagang ayam broiler, Jumi menjelaskan, kenaikan harga hampir terjadi setiap tahun jelang pergantian tahun. Bahkan pada 2020 lalu pernah di angka Rp 32 ribu per kilogram. "Sekarang ini tak terlalu tinggi naiknya dari Rp 23 ribu menjadi Rp 25 ribu per kilogram," singkat dia.

TANAM SENDIRI

Harga cabai rawit kian melambung. Solusi untuk mengatasinya ialah memenuhi kebutuhan secara mandiri. Sudah dua bulan terakhir kenaikan bahan utama pembuat sambal itu terus menanjak di Penajam Paser Utara (PPU). Dari normalnya sekira Rp 25 ribu, saat ini per kilogram harganya sudah mencapai Rp 130 ribu. Tak ayal itu membuat warga tak terkecuali para pedagang makanan. Harus memutar otak agar omzet jualnya tidak tergerus lantaran naiknya harga. Untuk mengatasi masalah ini, Pemkab PPU telah melakukan berbagai upaya. Mulai dari monitoring hingga evaluasi kebutuhan dan stok di pasaran. "Memang stok yang datang ke PPU dari Jawa dan Sulawesi itu terbatas. Karena ada faktor cuaca," kata Asisten II Bidang Perekonomian Setkab PPU, Ahmad Usman, Senin (27/12/2021) lalu. Pengaruh cuaca itu berdampak pada hasil pertanian, pun pada proses pengiriman. Itulah yang menjadi penyebab naik harga. Walaupun, jumlah stoknya dinilai masih aman, menurut catatan dari Dinas KUKM Perindag PPU dan Dinas Ketahanan Pangan PPU. Jauh sebelum itu juga, lanjut Usman, pemerintah sendiri telah memiliki berbagai program untuk mengatasi adanya kasus serupa. Mengingat, kenaikan harga cabai rawit ini hampir terjadi tiap tahun. Selain di Dinas Ketahanan Pangan,  fokus program itu juga dijalankan oleh Dinas Pertanian. Yaitu arahan untuk memenuhi kebutuhan tiap rumah tangga. Dengan skema menanam di pekarangan rumah sendiri. "Ada bantuan benih, langsung pada kelompok tani. Ada juga yang mengedepankan kelompok tani wanita. Itu sudah fokus dijalankan sejak 2020 lalu," ungkapnya. Namun pada faktanya, hasilnya memang belum signifikan. Karena kerja-kerja seperti itu memang tidak bisa dilakukan hanya sebentar saja. Masyarakat perlu konsisten dalam memasyarakatkan program menanam cabai rawit mandiri itu. Karena yang sebagian telah dan menjalankan program itu, dinilai tak terpengaruh dengan kondisi kenaikan ini. "Nah dengan kondisi saat ini, warga harus kembali memasyarakatkan menanam di pekarangan sendiri itu. Satu keluarga, mungkin 2-3 polibag saja cukup," pungkas Usman. ASA/RSY/ZUL

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: