Berau Darurat Kenakalan Remaja

Berau Darurat Kenakalan Remaja

TANJUNG REDEB, DISWAY – Kenakalan remaja kian memprihatinkan, dan menjadi perhatian serius Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Berau. Ketua P2TP2A, Fika Yuliana mengatakan, kenakalan remaja di Kabupaten Berau dalam status darurat. Perkembangan teknologi dan lingkungan kurang baik menjadi indikatornya. Mulai dari isap lem, merokok, mengoleksi video porno, balap liar hingga hubungan badan di bawah umur dan kenakalan remaja lainnya. Bahkan, kelakuan mereka ditunjukkan secara terang-terangan, seolah-olah menjadi tren. “Saya sering dikirimi foto maupun video kenakalan remaja. Saya sedih dan prihatin melihatnya,” katanya kepada Disway Berau, Senin (4/11). Istri Wakil Bupati (Wabup) Berau Agus Tantomo ini juga geram, setelah mendengar adanya pengajuan masyarakat di Kelurahan Karang Ambun, yang mengajukan program pemberdayaan anak dalam menekan kenakalan “dicoret” oleh Badan Perencanaan Penelitian Pengembangan (Bapelitbang). “Kesal juga dengarnya. Harusnya itu jadi prioritas. Karena banyak laporan kenakalan remaja yang saya dapatkan di Kelurahan Karang Ambun,” ucapnya. Menurut, menekan angka kenakalan remaja tidak hanya membutuhkan peran orangtua maupun lingkungan sekitar. Permasalahan ini perlu menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau. Bukan hanya sebatas sosialisasi, tegasnya. Namun perlu melibatkan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk melakukan pendidikan dan pembinaan. “Tidak hanya ditindak, mereka diberikan arahan dan pembinaan yang intensif. Terutama, kita rangkul dan dorong mereka melakukan aktivitas yang positif. Sehingga kenakalan dapat mereka tinggalkan,” jelasnya. Selain pemerintah, turut serta dan kepedulian masyarakat juga diharapkan dapat membantu dan melakukan monitoring di sekitar lingkungan tempat tinggal masing-masing. Bila perlu, tiap kecamatan di Berau dapat membuat terobosan pemberdayaan anak, sebagai wadah pendidikan dan menyalurkan kreativitas mereka. Sebab, usia anak sangat rentan terjerumus ke jurang kenakalan remaja, karena pemikiran mereka masih labil dan mudah terpengaruh. Sehingga perlu ada ruang mengajarkan kegiatan dan kreativitas positif. “Mulanya hanya kenakalan biasa menjadi luar biasa. Mungkin saat ini hanya isap lem, tidak menutup kemungkinan mereka berani mencoba lebih ekstrem, yakni narkoba,” bebernya. Jangan sampai, tegas Fika, generasi penerus Berau hancur akibat pergaulan bebas. Saat ini, bukan berbicara pihak mana memiliki kewenangan. Tapi diperlukan keikutsertaan seluruh elemen dan golongan masyarakat, dalam melakukan pengawasan serta monitoring. “Hasil sinergi seluruh pihak, akan berdampak positif dalam menekan angka kenakalan remaja. Tidak ada usaha yang menghianati hasil,” tuturnya. Fika juga berharap, orangtua sebagai ujung tombak menekan angka kenakalan remaja dapat lebih aktif dalam mengawasi anak.”Seluruh kegiatan anak, orangtua perlu tahu. Jangan sampai membuat celah mereka melakukan kegiatan ataupun aktivitas negatif,” pintanya.(*/jun/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: