Kolaborasi PEP Tarakan Field-PHKT, New Berthing Platform Dolphin Berlayar ke Bunyu

Kolaborasi PEP Tarakan Field-PHKT, New Berthing Platform Dolphin Berlayar ke Bunyu

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - PT Pertamina EP (PEP) Tarakan Field melakukan proses sail away atau melayarkan New Berthing Platform Dolphin, Selasa (14/12/2021). Yakni rangkaian dermaga khusus untuk proses unloading minyak mentah yang berasal dari Lapangan Sebakung di Pulau Bunyu. Proses melayarkan satu per satu rangkaian platform dilakukan secara seremonial di Shorebase Intipratama Kariangau, Balikpapan Barat. Platform Dolphin merupakan fasilitas tambat oil barge di Perairan Pulau Bunyu, Bulungan, Kalimantan Utara. Melalui proyek ini, PT Pertamina EP Tarakan Field yang merupakan bagian dari Subholding Upstream Regional 3 Kalimantan Zona 10, bisa disebut pelopor implementasi kontrak Farm-In PSC Cost Recovery ke PSC Gross Split. Adapun, platform Dolphin inilah yang digunakan untuk unloading crude atau minyak bumi yang dihasilkan Sembakung Tarakan Field. Platforms Dolphin terbagi menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian beratnya mencapai 30 ton. Dilayarkan menuju tempat instalasi di perairan Pulau Bunyu. Adapun posisi instalasi platform Dolphin ini, jaraknya sekitar 200 meter dari daratan atau dibangun di atas air dengan kedalaman sekitar 9 meter. Proyek ini merupakan salah satu upaya Subholding Upstream Regional 3 Kalimantan Zona 10 dalam menjamin produksi untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Hal ini merupakan salah satu tonggak pencapaian penting dalam menjaga angka produksi sebesar 2.000 barel minyak per hari (BOPD) di wilayah tersebut, serta mendukung tercapainya operational excellence. Sejak transformasi Subholding Upstream pada 1 April 2021, PEP Tarakan dan PEP Bunyu Field berada di bawah kendali dan pengawasan Zona 10. Di mana terdapat PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) East Kalimantan yang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan eksplorasi lepas pantai lebih dari 50 tahun. Berbagai strategi telah dievaluasi dengan kriteria utama aspek keselamatan dalam operasi. Adapun dari aspek biaya, evaluasi berbagai strategi telah dilakukan secara menyeluruh dengan prinsip total life cycle atau total ownership cost. Yang mempertimbangkan besaran investasi dan biaya operasional selama jangka waktu keseluruhan. Secara keseluruhan, proyek ini berhasil menghemat biaya hingga Rp 130 miliar. "Sebenarnya ini sangat berkaitan dengan cost efisiensi," ujar General Manager Zona 10, Raam Krisna, saat mendampingi Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), Chalid Said Salim dalam selebrasi seremoni pelayaran Platform Dolphin, mengutip harian Disway Kaltim. Saat itu hadir pula Senior Manager Production and Project Suhardono, Manager Operation and Surface Facilities, Aldo P. A. Pardede, Field Manager Tarakan Isrianto Kurniawan, dan perwakilan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Pulau Bunyu, Bayu Maruto dan Ades Budi Haryanto. Fasilitas tambat yang berada di perairan Pulau Bunyu itu, disebutnya diperbarui untuk mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan. Mencegah potensi tumpahan minyak karena fungsinya yang sangat krusial. Yakni memompa antara 15.000-16.000 barel setiap dua minggu sekali. Selain itu, fasilitas tambat Dolphin itu juga diproyeksi untuk terus menjamin keselamatan bagi para pekerja. Dalam kesempatan itu, Chalid Said Salim menyebut proyek ini merupakan wujud dari semangat kolaborasi antarentitas yang berada di naungan Zona 10 Regional 3 Kalimantan, dalam bentuk berbagi pengalaman dan keahlian pekerja. “Saya berharap agar prestasi yang baik ini dapat kita pertahankan terus dengan tetap menjunjung tinggi komitmen perusahaan untuk menjalankan operasi minyak dan gas bumi yang selamat, efisien, andal, dan patuh terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku,” terang Chalid. Chalid menyebut desain proyek yang dikerjakan tim PHKT itu sangat monumental. Lantaran proyek ini telah tertunda sejak 2016. Rencananya, peluncuran Platform Dolphin diproyeksi terealisasi pada 2023. Namun tim PKHT mampu memangkas waktu pengerjaan dan berbagai tantangan lainnya seperti perizinan, dengan dibantu berbagai stakeholder. Alhasil, proyek tersebut 18 bulan lebih cepat. Realisasi proyek ini secara total telah dipercepat hingga 36 bulan. Sehingga Platform Dolphin diproyeksi sudah dapat difungsikan paling cepat pada 2022 mendatang.  "Kita sangat percaya kepada PHKT karena memang punya pengalaman bekerja di offshore," katanya. Senior Manager Production & Project Suhardono menjelaskan bahwa strategi kontrak yang dipilih adalah dengan memanfaatkan kontrak-kontrak yang telah tersedia di PHKT untuk pekerjaan offshore construction, agar segera membangun platform tersebut. Usulan entitas PEP untuk memanfaatkan (farm-in) kontrak PHKT resmi disampaikan pada awal Juni 2021 kepada Divisi Pengelolaan Rantai Suplai SKK Migas. Kerja sama dan koordinasi yang intensif dengan SKK Migas Perwakilan Kalimantan Sulawesi juga merupakan salah satu faktor penting, sehingga proyek ini dapat berjalan dengan baik dan maksimal, katanya. Proyek ini merupakan yang pertama kali menerapkan dan memanfaatkan (farm-in) kontrak WK PSC Cost Recovery ke WK PSC Gross Split. Yang secara resmi diformalkan SKK Migas melalui revisi ke-4 Pedoman Pengadaan PTK-007. "PEP Tarakan Field berkomitmen untuk mempertahankan tingkat produksi yang selama ini sudah dicapai, melalui implementasi, investasi, dan dengan melakukan pemeliharaan yang baik secara berkala, guna terus memenuhi kebutuhan kebutuhan energi nasional," imbuhnya. RYN/ENY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: