Menilik Pelabuhan Klotok Balikpapan; Berdiri 1989, Ingin Terus Dilestarikan
Keberadaan pelabuhan tradisional itu sebenarnya menghadapi ancaman penurunan trafik setelah adanya Jembatan Pulau Balang yang akan menghubungkan Balikpapan dan PPU. Sehingga masyarakat bisa melalui jalur darat. Namun Pengelola Pelabuhan Klotok Andi Ridwan ternyata tidak berpikir demikian.
"Kalau saya pikir enggak (berpengaruh), kan jauh ya," katanya.
Menurutnya, pelabuhan partikelir itu punya segmentasi tersendiri, tidak terpengaruh dengan kemajuan pembangunan infrastruktur yang saat ini gencar dilaksanakan.
"Yang naik klotok kan orang-orang kita juga. Ini saudaranya tinggal di sana. Yang di sana suaminya tinggal di sini," katanya sembari tertawa.
Trafik di Pelabuhan Penyeberangan itu juga disebutnya berangsur meningkat. Setiap harinya bisa mencapai 250 sampai 300 orang yang menggunakan jasa penyeberangan pelabuhan tradisional tersebut, selama dua pekan belakangan.
Pria sederhana pengelola pelabuhan klotok itu sedang duduk persis di depan loket melayani pembelian tiket, sambil sesekali menjawab pertanyaan.
"Pelabuhan ini dulunya enggak ada. Orang tua saya dulu inisiatif kerja sama orang Penajam, sehingga didirikan koperasi waktu itu," ujarnya.
Pria berusia 48 tahun itu bercerita, sang ayah yang bernama Haji Hasanuddin, bekerja sama dengan seorang pengusaha di Penajam bernama Haji Zainal. Sama-sama mengordinasikan para awak kapal yang melayani jasa penyeberangan. Sejak saat itu dua pelabuhan penyeberangan di dua kabupaten/kota itu berdiri.
"Dulu kan mereka (pemilik kapal penyeberangan) dianaktirikan. Karena speedboat sudah lebih dulu punya anu (dermaga) tempat begini," katanya.
Dulunya, hanya ada satu jembatan saja yang menjadi tempat bertambatnya kapal-kapal kayu bermesin diesel itu. Nah, untuk menyatukan para pemilik kapal, maka sang ayah mencoba membuat pelabuhan sedemikian rupa, yang ternyata masih digunakan sampai saat ini.
"Seingat saya tahun 89. Anak klotok juga mau dikoordinator sama bapak saya. Akhirnya sama-sama sudah kita di sini. Di Penajam begitu juga," ungkapnya.
Setelah sekitar 30 tahun berjalan, Ia menyebut telah beberapa kali melakukan perbaikan bagian dermaga di pelabuhan tersebut. Termasuk memperkuat dermaga dengan kayu pancang baru dan membuat anjungan yang posisinya lebih rendah dari jembatan. Tujuannya agar memudahkan lalu lalang penumpang saat naik ke kapal.
"Tapi itu seminggu saja, hancur. Memang enggak cocok kalau dibuat seperti dermaganya speedboat," katanya.
Menurutnya, kondisi pelabuhan yang dikelolanya itu sudah cukup baik. Tidak perlu dibuat lebih modern. "Namanya juga pelabuhan tradisional. Ini kan harus dilestarikan. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi," imbuhnya. AVA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: