Kinerja Hulu Migas Capai 96 Persen dari Target Lifting
Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Kinerja industri hulu migas (minyak dan gas bumi) Indonesia di Kuartal III 2021, masih berupaya mencapai target yang telah ditentukan. Gejolak pandemi COVID-19 masih menjadi tantangan industri hulu migas sehingga sejak 9 bulan pertama 2021 pekerjaan mengalami perlambatan. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto memaparkan status dan penanganan COVID-19 hulu migas, di mana hingga 30 September 2021, ada 29.667 kasus terkonfirmasi positif COVID-19, baik yang melibatkan para pekerja KKKS-SKK Migas. Dwi meyakini proses vaksinasi yang tengah berjalan dan telah mencapai 103.602 orang atau mencapai 93 persen dari target vaksinasi pekerja di hulu migas, akan memberikan dampak baik terhadap penanganan COVID-19, sehingga sektor migas mampu kembali bangkit dalam waktu dekat. "Proses vaksinasi saya kira cukup bagus didukung juga oleh pemerintah," ujar Dwi, dalam konferensi pers Kinerja Hulu Migas Kuartal III 2021, secara virtual, Selasa (19/10/2021). Adapun dampak dari pandemi telah menyebabkan keterlambatan kegiatan utama pekerjaan di hulu migas antara lain perlambatan seismik 2D, di mana capaiannya baru 234 kilometer dari target 1.917 kilometer. Seismik 3D baru mencapai 165 kilometer persegi dari rencana 1.549 kilometer persegi. Kemudian untuk pekerjaan sumur eksplorasi baru tercapai 6 sumur dari rencana 48 sumur eksplorasi. Sumur development baru mencapai 8 sumur dari rencana 616 sumur. Sedangkan untuk proyek pengembangan yang bisa dikerjakan baru sejumlah 3 proyek dari rencana 15 proyek pengembangan. Sementara itu, harga minyak mentah (ICP) juga mengalami fluktuasi. Sempat terjadi pelonjakan harga minyak secara signifikan. "Kita prediksi harga minyak akan mengalami penyesuaian ketika musim panas, kira-kira di tahun depan kita perkirakan akan kembali pada posisi yang selalu kita pakai sebagai dasar perhitungan yaitu US$ 60-65 per barel," ujarnya. Harga gas juga mengalami penibgkatan yang sangat tajam sebagai dampak dari akibat gas sebagai energi transisi. Ketika terjadi pengirangan penggunaan batu bara dan lain-lain. Sehingga harga LNG diperkirakan meningkat seiring peningkatan kebutuhan energi dunia. "Ini menurut konference yang baru saja kami ikuti," katanya. Capaian hulu migas kuartal III 2021, ungkap Dwi, Reserve Replacement Ratio SKK Migas menargetkan sekitar 625 juta barel oil ekuivalen atau minyak yang diambil dalam waktu setahun. Pada September 2021 SKK Migas telah mencapai 564,33 juta barel oil ekuivalen atau 93 persen. Sehingga outlook dalam satu tahun bisa diyakini mencapai 100 persen. Untuk lifting minyak mencapai 661 ribu barel oil per hari dari target 705 ribu barel oil per hari atau mencapai 93,8 persen. Sementara untuk gas mencapai 5.481 MMSCFD dari target 5.638 MMSCFD atau 97,2 persen. "Sehingga jika digabungkan capaian lifting migas barel oil ekuivalen mencapai 96 persen (1.640 juta BOEPD),” papar Dwi. Untuk program Cost Recovery, Dwi menyebut, sampai September 2021 realisasi sebesar US$ 5,56 miliar dari target yakni US$ 8,07 miliar atau mencapai 68,9 persen. Dwi berharap pengendalian Cost Recovery dapat dilakukan sebaik mungkin, sehingga tidak mengalami penurunan yang signifikan sampai dengan akhir tahun. Adapun penerimaan negara dengan target US$ 7,28 miliar, pada September 2021 sudah mencapai US$ 9,53 miliar atau setara 131 persen. "Untuk penerimaan negara sektor migas mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Salah satunya yakni dampak dari meningkatnya harga minyak dan efisiensi yang dilakukan," ungkapnya. Kemudian untuk investasi di sektor migas, hingga September 2021 tercatat sekitar US$ 8 miliar dari target sebesar US$ 12,3 miliar atau 64 persen. "Mudahan aktivitas di akhir tahun yang lebih masif agresif dapat mendekati upaya-upaya target investasi yang dicanangkan," katanya. Selain itu, Dwi menerangkan penambahan cadangan sampai dengan September 2021 sebesar 564 MMBOE atau 93 persen dari target yang telah diperoleh dari 22 Plan of Development (POD) dan Optimasi Pengembangan Lapangan-Lapangan (OPLL). "Kita lihat target prediksi awal 166 persen bisa dicapai," imbuhnya. Selama 9 bulan belakangan, kata dia, penemuan sumur eksplorasi 2021, dengan tingkat success ratio 75 persen. Di mana 12 sumur selesai dan ada 9 sumur baru yang ditemukan. Adapun penemuan besar pengeboran di sumur Hidayah-1 menghasilkan minyak sekitar 87 MMBOE, dan sumur Maha-2, ENI West Ganal di Selat Makassar menghasilkan gas sekitar 0,5 TCF, serta sumur Singa Laut-2 menghasilkan gas sekitar 0,2 TCF. Sehingga total sumber daya yang ditemukan yakni sebanyak 179 MMBOE. Dwi juga menyampaikan saat ini SKK Migas tengah mendorong sumur pengembangan dari target yang ditetapkan sebanyak 538 sumur, karena kondisi pandemi COVID-19, hingga September 2021 SKK Migas berhasil melakukan pengembangan sumur sebanyak 318 sumur. Di mana, angka tersebut merupakan tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, 2016 (227 sumur); 2017 (200 sumur); 2018 (278 sumur); 2019 (322 sumur); 2020 (240 sumur). “Tahun 2022 kita akan berupaya untuk melakukan pengembangan sumur lebih banyak lagi dari tahun 2021,” imbuhnya. Sementara untuk proyek Onstream di 2021, Dwi menyebut sebanyak 12 proyek sudah onstream dari 15 proyek yang direncanakan. Investasinya yakni sekitar US$ 1,5 miliar dari US$ 2,29 miliar yang ditargetkan. "Lalu potensi penambahan kapasitas produksi migas mencapai 18,468 MMBOE dan 489 MMSCFD,” imbuhnya.
Kebutuhan Migas sampai 2030
Dalam kesempatan itu, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani juga memaparkan proyeksinya terkait kebutuhan energi fosil bakal meningkat sampai 2030 hingga 2050. Energi hidro karbon asih mendominasi dibanding Energi Baru Terbarukan (EBT). "Terutama kita di Indonesia, kebutuhan energi fosil di 2030 bahkan bisa dua kali lipat dari hari ini sampai 1,5 juta barel bahan bakar minyak dari fosil. Kemudian di 2030 itu bisa sampai 2,5 juta barel per hari. Artinya ya investasi hulu migas harus tetap jalan," urainya. Pertanyaannya bagaimana agar investasi hulu migas bisa mencapai target yang diharapkan, katanya. Selama ini, perusahaan migas dunia tidak menampik bisnis migas masih tetap ada, cuma yang menjadi tantangan bukan pada EBT, tapi menurutnya lebih kepada tekanan pada enviromental, bahwa ada upaya untuk ikut dalam kampanye low carbon sampai 2050 masuk dalam fase net zero emition (NZE) yang akan menjadi model kompetitif dari produk hulu migas di masa depan. "Sehingga investasi di hulu migas menjadi pertarungan di hulu migas sendiri. Tapi alhamdulillah, Pak Presiden sebagaimana dalam pidato kenegaraan saat 17 Agustus menyatakan dukungannya terhadap investasi di hulu migas. Terkait investasi langsung dengan fiskal," terangnya. Bagaimana sistem fiskal itu menarik walaupun adanya Carbon Capture Storage, Carbon Capture Utilization and Storage harus diterapkan, itu semua harus tetap menarik terutama dari sisi keekonomian. "Jadi kalau ditanya bagaimana, kita masih sangat optimis. Oleh karena itu eksplorasi yang kita tekankan sekarang," tukasnya. (ryn)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: