Perempuan di Pusaran Pilkada (6); Sri Lestari Pernah Trauma

Perempuan di Pusaran Pilkada (6); Sri Lestari Pernah Trauma

Sri Lestari udah bulat. Siap meramaikan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Samarinda. Baginya berada di lingkungan pemimpin kota bukan hal baru. Selama mendampingi sang suami, almarhum Nusyirwan Ismail. Akankah Sri melanjutkan ide dan gagasan sang suami?

Oleh : Rizki Hadid

PEREMPUAN juga berhak berkiprah di dunia politik. Entah sebagai wakil rakyat, atau pun kepala daerah. Tidak selalu didominasi kaum adam. Stigma itu yang ingin dikikis oleh Sri Lestari Nusyirwan. Perlahan demi perlahan.

Di Kota Tepian, kiprah perempuan dalam politik sudah mulai ramai. Sejumlah nama bahkan meramaikan bursa pilkada. Ia salah satunya. Semula Bu Lisa, panggilan akrabnya, sempat trauma berpolitik.

Dia bertarung pada pemilihan legislatif, lalu. Sebagai calon anggota DPRD Samarinda, dapil Samarinda Ilir. Perahunya Partai NasDem. Di sini dapil neraka. Dia bertarung dengan sejumlah nama besar. Seperti Siswadi dan Ahmad Vananzda dari PDIP. Lalu Alphard Syarif dari Gerindra. Ketiganya terpilih. Sri kalah.

Namun beberapa perwakilan perempuan juga ada yang berhasil duduk. Sebagai wakil rakyat terpilih. Ia mengapresiasi itu.

Sri mengaku ingin mendobrak stigma tersebut. Terbukti sudah banyak perempuan yang berhasil menjadi anggota dewan maupun kepala daerah. Untuk melawan stigma tersebut harus menggunakan gagasan dan kerja nyata.

"Ini pertanda baik. Terlebih sosok perempuan telah banyak yang jadi kepala daerah," sebutnya. 

Semula sempat ragu terjun lagi berpolitik. Tapi dukungan masyarakat kepadanya membuat hati Sri luluh. Walhasil, dia membulatkan tekad. Maju lagi. Entah sebagai calon wali kota atau wawali. Masih dari Partai NasDem.

"Karena dorongan dari berbagai pihak, serta keinginan untuk terus berbuat. Akhirnya saya membulatkan tekad untuk maju sebagai calon wali kota ataupun wakil wali kota Samarinda," tegasnya. Baca Juga: Perempuan di Pusaran Pilkada (5); Meiliana Termotivasi Tangan Dingin Risma

Dipilih NasDem sebagai perahu bukan tanpa alasan. Partai yang dipimpin Surya Paloh ini tidak menetapkan biaya pendaftaran. Tidak seperti partai lain.

Sri mengaku ingin terjun ke politik lantaran ingin berbuat lebih ke masyarakat. Terlepas dirinya istri mendiang Nusyirwan Ismail atau pun bukan. Dia mengaku sudah terbiasa berbaur dengan masyarakat.

Kebiasaan itu telanjur melekat di kesehariannya dan tak bisa dilepaskan hingga sekarang. "Saya ingin berbuat lebih ke masyarakat. Politik adalah salah satu jalannya," ulasnya.

Tapi, politik tidak melalaikan tugasnya sebagai seorang ibu sekaligus nenek di rumah. Dia menegaskan, perempuan terbiasa dengan multi tasking. Sehingga apapun karier yang ditempuh, tidak akan banyak mengganggu aktivitas rumah tangga.

"Apalagi anak-anak saya semua sudah berumahtangga dan bekerja. Sehingga tidak repot lagi," pungkasnya. (boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: