Memetik Hikmah di Balik Perjuangan Kartini
OLEH: JUAINI HARMAEN*
“Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu.” Itu adalah sepanggal kata-kata mutiara dari seorang tokoh pahlawan wanita legendaris di Indonesia: R. A. Kartini. Buah pemikiran, pengorbanan serta pengabdian terhadap bangsa Indonesia tidak bisa terbalaskan dengan apa pun juga. Oleh sebab itu, kita sebagai generasi zaman sekarang harus mengetahui sosok beliau.
Kartini adalah tokoh pahlawan nasional yang gigih memperjuangkan emansipasi wanita. Dia juga dikenal sebagai wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria di Indonesia. Kartini memiliki nama lengkap Raden Adjeng Kartini Djojo Adhiningrat. Beliau lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Dikutip dari kemdikbud.go.id, dilahirkan di tengah keluarga bangsawan dari seorang ayah yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, yang menjabat sebagai bupati Jepara. Sementara ibunya bernama M.A. Ngasirah. Bukan berasal dari keturunan bangsawan. Melainkan hanya rakyat biasa. Anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Jepara. Silsilah keluarga Kartini dari garis ayahnya merupakan keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono VI. Sekitar 24 tahun beliau hidup. Walaupun usianya tidak panjang, akan tetapi namanya selalu harum sampai sekarang. Pemikiran Kartini memberi perhatian khusus pada masalah emansipasi wanita. Ia membandingkan antara wanita Eropa dan wanita pribumi. Hingga pada akhirnya ia mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan pribumi. Karena kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah. Selain itu, pemikirannya juga menaruh perhatian pada masalah sosial yang terjadi di masanya. Menurutnya, seorang wanita perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum. Selanjutnya, beberapa pemikiran yang tertuang dalam gagasan-gagasan tulisannya juga berisi tentang ketuhanan, kebijaksanaan dan keindahan, serta peri-kemanusiaan dan nasionalisme. Di era sekarang ini banyak sekali terjadi persoalan-persoalan di Indonesia. Akhir-akhir ini beredar luas video seseorang yang mengaku nabi. Video tersebut sangat melukai hati umat muslim di mana pun berada, terutama masyarakat muslim Indonesia. Rasa kekesalan, kekecewaan dan kemarahan perempuan Indonesia terhadap kejadian tersebut harus disertai dengan meneladani sosok pribadi dan pemikiran Kartini yang bijak dan santun. Pada momentum memperingati Kartini, kita jadikan pemicu semangat kita untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia di tengah banyaknya perbedaan. Ke depan saya mengajak kaum perempuan untuk dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal. Juga bijaksana dalam merawat bhineka tunggal ika di Indonesia. Dalam memanfaatkan berbagai instrumen di era modern, saya menggarisbawahi pentingnya membuka diri dan melakukan pengembangan diri untuk selalu belajar kepada generasi tua agar lebih memahami bagaimana kehidupan di masa depan. (*Mahasiswa Penerima Beasiswa Cendekia Baznas)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: