Siapkan Strategi

Siapkan Strategi

TANJUNG SELOR, DISWAY – Investasi yang masuk ke Kaltara pada 2020 lalu, mengalami penurunan signifikan. Data Dinas Penananaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltara, nilai investasi yang masuk sekira Rp 3.220.577.840, atau turun 58 persen dibandingkan 2019 lalu, yang mencapai Rp 7 triliun.

Strategi menarik investasi, agar 2021 ini Kaltara kembali dilirik para pemodal, dipersiapkan DPMPTSP Kaltara. Seperti disampaikan Plt Kepala DPMPTSP Kaltara, Faisal Syabaruddin, menghadapi berbagai tantangan dalam menumbuhkan iklim investasi pada 2021, pihaknya akan menerapkan sejumlah strategi. Di antaranya, pemetaan potensi investasi dan pendampingan kepada para pelaku usaha atau investor, guna mempercepat proses perizinan hingga pelaksanaan investasi. “Ini sesuai dengan motto kami, yakni mengawal, menjemput, dan melayani,” ujar Faisal, Senin (15/3). Selain itu, upaya lain pihaknya menarik investasi, yakni membuka gerai pelayanan di Tarakan dan Sebatik, Nunukan. “Di Sebatik, kami sasar investasi di sektor perikanan, serta sektor investasi lainnya. Dengan begitu, di gerai yang ada, pengusaha tak perlu lagi datang ke ibu kota provinsi, tapi akan dibantu petugas kami untuk pengurusan perizinannya hingga ke ibu kota provinsi,” jelasnya. Pada 2021 ini, pihaknya juga menyiapkan rencana peningkatan investasi, khususnya berskala besar. Seperti rencana pembangunan PLTA Kayan dan PLTA Mentarang. Termasuk mempercepat progres KIPI Tanah Kuning-Mangkupadi, Bulungan. “Kami optimis investasi berskala besar ini dapat terealisasi. Seperti PLTA Kayan, tinggal 1 izin lagi. Untuk KIPI, ada sudah peminatnya, tinggal menunggu ketersediaan listriknya,” ujar Faisal. Untuk target investasi pada tahun ini, menurutnya, BKPM belum merilis angka resminya. Namun, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), diharapkan mencapai Rp 5,5 triliun. “Untuk mencapai target tersebut, memang tidak mudah. Namun, kami akan terus menerapkan strategi untuk menarik minat investasi di Kaltara. Termasuk menawarkan sejumlah potensi investasi,” ujarnya. Potensi investasi itu, di antaranya rumput laut, pengolahan ikan tipis, minyak dan gas bumi, sektor perkebunan, dan lainnya. Pihaknya juga akan menggiring para investor besar yang sudah ada, untuk merangkul pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), lewat jalur kemitraan. Itu merupakan tindak lanjut dari penandatanganan kerja sama dalam rangka kemitraan antara 59 penanaman modal asing (PMA)/penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan 196 UMKM dari berbagai daerah di Kaltara. Yang digelar pemerintah pusat melalui BKPM. “UMKM harus dapat memanfaatkan momen ini sebaik mungkin, dengan meningkatkan kualitas produknya. Dan, bisnis model kemitraan ini harus dilembagakan, dengan menemukan polarilasi yang saling menguntungkan semua pihak,” ujarnya. “Dengan melibatkan mereka (UMKM) dalam kegiatan perusahaan, dapat menguatkan dan mengangkat level UMKM,” lanjut Faisal. Karena menurutnya, kondisi pandemik COVID-19 masih menjadi salah satu alasan tertundanya program ataupun rencana investasi pada 2021 ini. Sehingga, investor yang awalnya hendak masuk ke Kaltara, harus mengurungkan niatnya sementara waktu. “Itu informasi yang kami terima,” ujarnya. Pada 2020 lalu, misalnya, kata Faisal, menyebabkan capaian realisasi investasi Kaltara merosot hingga 58 persen. Dengan 438 proyek dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.945 orang. Adapun catatan realisasi investasi untuk tahapan konstruksi maupun produksi, PMDN sebesar Rp 2.235.206.000.000. Itu terdiri dari 338 proyek dan penyerapan tenaga kerja 2.234 orang. Sementara itu, realisasi PMA sebesar USD 994.100.000, atau Rp 985.371.840.000, dengan 100 proyek dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 711 orang. “Untuk PMA ini, tenaga kerja asing yang diperkerjakan lebih banyak dari PMDN. Sekira 86 orang,” sebut Faisal. Sedangkan PMDN di triwulan pertama 2020, lanjutnya, nilai investasi mengalami peningkatan dari Rp 287.692.000.000 menjadi Rp 1.226.618.000.000. Namun, itu tidak berlangsung lama. Di triwulan kedua, mengalami penurunan lagi, dari Rp 1.226.618.000.000 menjadi Rp 574.188.700.000. “Dan, akhir tahun atau di triwulan keempat anjlok jadi Rp 146.707.300.000,” ungkapnya. PMA juga merosot, dari awalnya Rp 232.191.360.000, lalu naik Rp 689.443.200.000, turun jadi Rp 14.315.040.000. Adapun 5 realisasi terbesar untuk PMDN, berasal dari sektor usaha tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan dengan nilai capaian Rp 894.433 miliar. Sektor usaha pertambangan dengan nilai capaian realisasi sebesar Rp 475.245 miliar. Sektor usaha industri makanan Rp 270.038 miliar. Sektor industri listrik, gas dan air sebesar Rp 248.252 miliar. Sektor industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain sebesar Rp 203.203 miliar. Sedangkan PMA, capaian realisasinya berasal dari sektor usaha industri kimia dan farmasi dengan nilai capaian Rp 665.700 miliar. Sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan senilai 196.000 miliar. Sektor usaha industri listrik dan air sebesar Rp 66.448 miliar, Sektor industri makanan Rp 52.162 miliar. Dan yang terakhir, adalah hotel dan restoran dengan nilai capaian realisasi sebesari 2.859 miliar. Jika dibandingkan dengan capaian realisasi 2019, pada 2020 lalu, mengalami penurunan. Sedangkan untuk persentase penyerapan nilai capaian realisasi investasi hanya sebesar 11 persen, dari nilai rencana realisasi investasi dengan nilai Rp 30.086.604.149.954. Dikatakan, realisasi investasi 2019 lalu, mencapai Rp 7,637 triliun. Nilai ini melampaui target hingga 127 persen, dari rencana investasi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019, yang  sebesar Rp 6 triliun. Sejalan dengan realisasi investasi, capaian rencana investasi 2019, juga telah melebihi target. Dari target rencana investasi RPJMD sebesar Rp 9,81 triliun, realisasi rencana investasinya mencapai Rp 43,668 triliun. Seluruh capaian realisasi investasi tersebut, berasal dari dua penanaman modal. Total ada sebanyak 379 proyek. Terdiri dari PMA sebanyak 139 proyek, dan PMDN sebanyak 240 proyek. Dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 4.717 orang. Yakni sebanyak 211 tenaga kerja asing (TKA), dan 4.506 dari tenaga kerja Indonesia atau tenaga kerja lokal. Di Kaltara sendiri, kata Faisal, pada 2019 lalu, realisasi investasi berdasarkan sektor usaha, nilai investasi tertinggi berada di sektor primer. Yakni tanaman pangan, perkebunan, perternakan, dan pertambangan. “Untuk realisasi di sektor primer, khusus di PMDN saja total realisasinya mencapai Rp 3,9 trliun,” sebutnya. Empat tahun lalu, lanjutnya, Kaltara terus mengalami fluktuatif. Pada periode 2017 lalu, capaian realisasi di Kaltara sebesar Rp 2,3 triliun atau 68 persen dari target RPJMD sebesar Rp 3,4 triliun. Pada 2018, terjadi penurunan sebesar 2,5 persen, dengan nilai capaian realisasi sebesar Rp 2,2 triliun atau mencapai 49 persen dari nilai target RPJMD sebesar Rp 4,6 triliun. Sementara pada 2019, mengalami kenaikan sebesar 381 persen dari tahun sebelumnya. Dengan nilai capaian sebesar Rp 7,637 triliun atau mencapai 127 persen dari nilai target RPJMD sebesar Rp 6 triliun. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: