CATATAN: Rivalitas Borneo FC dan Arema Adalah Romantisme Sepak Bola
Kesimpulan dari kejadian itu adalah. Arema kecolongan. Karena selain Mario, mereka juga kehilangan Marcos Gonzales. Pelatih fisik yang turut diangkut Mario Gomez ke Samarinda.
Arema FC 1-1 Borneo FC.
*
Skor sudah imbang. Tapi sebuah pertarungan butuh pemenang. Dan walau ini bukan sesuatu yang direncakan. Tapi Hendro Siswanto. Kapten Arema yang ikonik itu. Memutuskan pindah ke Borneo FC yang meminangnya saat kontraknya dengan Singo Edan berakhir. Arema ‘panas’. Skor kini jadi Arema FC 1-2 Borneo FC.
Drama ini dimenangkan oleh Pesut Etam.
Hingar dramanya masih hangat terasa ketika saya menuliskan ini. Dari sebuah warung ayam geprek dekat rumah saya. Di Kamis sore, 18 Februari 2021. Sambil menenggak susu gula aren sembari mendengar pelan siaran langsung Ngopi Sore. Sebuah program talkshow kerja sama Diskominfo Kaltim dengan nomorsatukaltim.com. Yang tayang setiap Kamis sore jam 4 waktu Samarinda. Nah ham, jadi promosi.
Sebagai orang yang masih optimis sepak bola Indonesia bisa maju. Saya bahagia sekali mengikuti drama antara kedua klub ini. Drama yang mungkin masih aneh di negara kita. Tapi sudah jadi hal kecil di benua Eropa.
Jangankan berpindah tim beda kota dan pulau. Di Eropa, pindah ke klub sekota. Ataupun klub rival langsung pun sudah biasa. Ya, biasa aja itu, Wal.
Bahwa sekali lagi. Pergi dan datangnya pemain ataupun pelatih dalam sepak bola ke sebuah klub itu hal yang lumrah. Selama perekrutannya dilakukan melalui jalur yang legal.
Drama-drama seperti ini mestinya harus tetap hidup. Agar setiap klub lebih aware lagi pada pemain dan pelatihnya. Menjalankan sisi bisnis dan sepak bola sama bagusnya. Sekaligus jadi pembelajaran. Jangan lagi mengontrak pemain dan pelatih hanya setahun saja.
Karena sangat mudah untuk berpindah klub. Mereka pun tak punya kepastian karier jika sistem kontrak masih seperti itu. Klub pun jadi kena imbas. Mereka sulit menakar proyeksi jangka panjang jika komposisi tim tidak terjamin untuk merealisasikannya. Kerap berganti pemain, artinya klub harus mulai dari nol lagi nol lagi.
Dan lebih dari itu. Ketimbang membudayakan perselisihan antar suporter. Yang untungnya sudah mulai berkurang belakangan ini. Lebih baik yang tersaji ya, drama tikung menikung seperti ini. Lebih enak untuk dinikmati. Karena pada dasarnya sepak bola bukan sekadar olahraga saja. Tapi juga bagian dari seni.
Menurut saya, perselisihan antara Arema FC dan Borneo FC ini. Hanyalah sebuah romantisme dalam sepak bola. Serta sebagai media untuk saling introspeksi. Agar menyiapkan tim lebih baik lagi. Ya sudah, majulah sepak bola Indonesia. (Penulis adalah wartawan olahraga Disway Nomorsatukaltim.com/ ava)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: