Jangan Terlambat…

Jangan Terlambat…

TANJUNG REDEB, DISWAY – Kondisi buruk, dan terlambat penanganan akan membuat harapan hidup pasien COVID-19 rendah. Itu lah yang terjadi dalam sepekan terakhir. Angka kematian melonjak, tembus di angka 50.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Iswahyudi mengatakan, pasien COVID-19 sekaligus tiga orang meninggal kemarin. Sebelumnya hanya tercatat dua orang. Namun, saat proses pemakaman kedua pasien yang meninggal dunia, pihaknya mendapat kabar bahwa ada satu lagi penambahan kasus kematian di sore hari. “Karena masih sore, jadi langsung saja dilanjutkan ke proses pemakaman,” ujarnya kepada Disway Berau. Menurut Iswahyudi, kasus kematian akibat COVID-19 di Berau meningkat, karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengunjungi fasilitas kesehatan (faskes) saat bergejala. “Mayoritas pasien meninggal itu datang ketika sudah kondisinya berat. Bisa dikatakan, telat mendapat penanganan medis. Bukan dari tenaga medis yang tidak ambil tindakan, tapi karena pasiennya telat datang berobat,” jelasnya. Lanjutnya, masyarakat tak perlu khawatir untuk berobat ke layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan. Karena, setiap dokter, tenaga kesehatan (nakes) ataupun dirinya sekalipun tidak berhak untuk meng-COVID-kan seseorang. Seseorang dinyatakan COVID-19, melalui proses yang cukup panjang. Salah satunya adalah pemeriksaan laboratorium. Sehingga, sangat sulit jika ada pasien datang langsung divonis COVID-19. “Saya tegaskan ya, kami tidak bisa sembarang menyatakan seseorang COVID atau tidak. Semua adalah hasil laboratorium,” tegasnya. Iswahyudi menyebut, kasus kematian di Berau memang terbilang tinggi. Namun, jika dibandingkan dengan kasus kematian di Kaltim, Berau cukup rendah. “Apalagi kalau mau dibandingkan dengan rata-rata kematian di nasional,” ungkapnya. Terhitung sejak 8 Februari 2021, kasus kematian hingga Minggu (14/2) bertambah 10 kasus. Yang artinya, belum satu pekan, 10 pasien COVID-19 meninggal dunia. “Cukup fantastis memang,” imbuhnya. Tak hanya itu, kasus kematian ini juga paling banyak berasal dari klaster transmisi lokal atau sumber yang tidak diketahui. Untuk menyikapi sumber penularan yang tidak diketahui ini, masyarakat harus benar-benar sadar dan peduli pada diri sendiri. Yakni, dengan mematuhi protokol kesehatan. “Semua wajib mencurigai satu sama lain. Yang lebih bagus itu adalah mencurigai diri sendiri. Sehingga, kalau bertemu orang cukup sadar diri dan menjauh,” bebernya. Bagi masyarakat yang memiliki gejala atau keluhan terkait kesehatannya, tak perlu khawatir untuk berobat ke dokter. Karena, jika tidak segera berobat, jika positif maka tracing akan sulit dilakukan. “Lagi gak enak badan, tapi keluyuran. Tahu-tahunya positif, pas ditanya kemana aja jalannya, tidak ingat. Ini malah bikin pusing,” ungkapnya. Untuk itu, dirinya mengimbau agar masyarakat senantiasa memberikan kepercayaannya kepada petugas kesehatan untuk memeriksa keadaannya. Perlu diingat, petugas kesehatan tidak akan menyatakan orang itu COVID-19 jika tidak benar-benar terpapar. “Jadi jangan takut untuk berobat, sebelum terlambat,” tandasnya.*/fst/app

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: