Beda Masa, Inilah Demonstrasi Generasi Milenial, Kreatif dan Mengundang Tawa
Mahasiswa membentangkan tulisan saat demonstrasi di DPRD Kaltim. (Michael/DiswayKaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com – Kini bahasa spanduk dan poster demonstrasi tidak sekedar berisi provokasi. Tapi juga lucu. Ya, inilah demonstrasi ala kaum milenial. Leni Sari, mahasiswi Universitas Mulawarman tidak akan pernah melupakan momentum demonstrasi pertamanya, Kamis (26/9/2019). Karton bertuliskan, "Sudah cukup lagu mawang yang buat kami susah mengerti, jangan lagi DPR," ia bentangkan. Ada pula poster bertuliskan, "Itu DPR atau lagu Afgan? Kok SADIS." Kepada DiswayKaltim, Leni mengaku datang aksi murni inisiatif sendiri. Tanpa paksaan dari pihak mana pun. Dia sangat paham dengan isu yang diserukan. "Revisi UU KPK sangat tidak masuk akal. Juga RKUHP sangat tidak masuk akal. Masa sudah gelandangan, masih jga mau didenda. Uang darimana coba," celetuknya. Fenomena demonstrasi kaum milenial mengundang perhatian pengamat politik yang juga eksponen 1998, Lutfi Wahyudi. Demonstrasi tersebut berhubungan dengan perilaku generasi Z. Perilaku sosial generasi ini akrab dengan hiburan. “Sehingga ekspresi kegundahan itu diekspresikan dalam poster yang lucu dan menarik perhatian. Ada keberhasilan di situ,” kata Lutfi, Kamis (26/9/2019) siang. Dalam persaingan politik generasi milenial cenderung memilih tokoh yang tidak formal. Tidak serius. Tak kaku. Monoton dan serius mereka tidak suka. Ekspresi demikian juga diperlihatkan dalam demonstrasi. “Mereka juga membangun heroisme dalam demonstrasi itu. Tetapi ditampilkan dengan cara-cara yang kocak,” jelasnya. Terlepas dari keunggulan tersebut, Lutfi menyarankan mahasiswa tidak melupakan konsep advokasi. Termasuk desain dan tahapan gerakan. Sah saja demonstrasi sebagai upaya desakan terhadap pemerintah untuk menerima tuntutan mahasiswa. “Tetapi upaya itu ditindaklanjuti dengan penyusunan agenda-agenda. Yang dapat menunjukkan bahwa bukan hanya pemerintah yang mengapresiasi aksi yang mereka lakukan. Masyarakat pun merasa simpatik dan memberikan dukungan,” imbuhnya. Mahasiswa diminta tak semata melakukan aksi demonstrasi. Yang lebih penting dari itu, mahasiswa diharapkan membuat rumusan-rumusan tentang masalah yang dihadapi bangsa ini serta solusi untuk menyelesaikannya. “Kalau kita lihat lebih jauh, yang kosong dari generasi saat ini, konsep yang matang tentang rencana aksi dan apa yang diwujudkan dalam agenda-agenda ke depannya,” sebut Lutfi. (qn/mic/boy)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: