Waspada, Kaltara Tak Aman dari Gempa

Waspada, Kaltara Tak Aman dari Gempa

TANJUNG SELOR, DISWAY – Gempa bumi dengan magnitudo di atas 5, tercatat pernah mengguncang wilayah Kalimantan Utara. Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Selor, gempa dengan magnitudo 6-7 pernah terjadi tiga kali di wilayah provinsi ke-34 ini.

“Sehingga tidak menutup kemungkinan besar bisa saja akan terjadi lagi,” ujar Kepala BMKG Tanjung Selor, Sulam Khilmi, Rabu (20/1). Menurutnya, potensi gempa bumi di Kaltara, karena di wilayah provinsi bungsu ini, terdapat sesar tektonik yang berpotensi terjadi gempa. Meski demikian, lanjut Khilmi, frekuensinya tidak sama dengan daerah lain seperti Pulau Jawa, Sulawesi, atau Sumatera. Yang memang daerah lintasan gunung berapi dan lempengan bumi lainnya. Di Kaltara, kata Khilmi, dilewati garis lempengan sesar aktif Maratua. Yang membentang dari Pulau Maratua, Kabupaten Berau, Kaltim, melintasi Tana Tidung, Tarakan, Nunukan, hingga Sampoerna, Malaysia. “Sesar Maratua yang melintasi wilayah Kaltara, baik di laut maupun di darat, sampai saat ini statusnya aktif. Bisa saja sewaktu-waktu bergerak dan menimbulkan gempa,” ujarnya. Bahkan, kata Khilmi, ketika episentrum gempa terjadi di laut. Dengan kedalaman kurang dari 5-10 kilometer dari dasar laut, dan ber kekuatan magnitudo 7 ke atas. Bisa terjadi tsunami. Beberapa daerah yang akan terdampak pertama kali, lanjutnya, tergantung titik koordinat gempa itu sendiri. Jika berada di perairan Tarakan, maka Pulau Tarakan, Pulau Bunyu, lalu daerah pesisir pantai Bulungan, bisa menjadi titik rawan utama terdampak tsunami paling parah. “Tapi kalau episentrum atau titik pergeseran sesar itu muncul di daratan, dengan kekuatan dan kedalaman yang sama, risiko bencana alam yang akan timbul seperti longsor, likuifaksi atau tanah bergerak. Dan, kerusakan yang akan ditimbulkan bisa jadi sama dengan yang terjadi di Palu, 2018 lalu,” bebernya. Karena itu, antisipasi musibah bencana alam sejak dini, kata Khilmi, perlu dilakukan. Masyarakat harus sudah dibiasakan dengan mitigasi bencana gempa bumi. Atau simulasi dan tindakan ketika terjadi bencana alam lainnya. “Dengan persiapan sejak dini, tentu bisa meminimalisasi korban saat terjadi gempa bumi atau bencana alam lainnya. Ini yang harus dilakukan sejak saat ini,” ujarnya. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: