Beli Saham Pakai Utang? Purwadi: Pasti Merugi

Beli Saham Pakai Utang? Purwadi: Pasti Merugi

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Investasi saham kini tengah digandrungi. Situasi dan keadaan juga mendukung. Karena pandemi, beberapa pengusaha beralih ke investasi.

Namun, ditemukan beberapa kasus. Pasar keuangan dalam negeri kembali dikagetkan dengan munculnya fenomena baru. Di mana, investasi saham yang dilakukan oleh investor baru, menggunakan 'uang panas'. Uang panas yang dimaksud ialah uang yang berasal dengan utang atau meminjam. Hingga menggadaikan aset yang sudah ada. Tentu saja, fenomena ini ramai diperbincangkan di dunia maya. Dikutip dari akun Instagram @ngertisaham, salah satu postingannya yang sudah diunggah, terdapat tiga pengakuan dari 'investor sangkutan'. Postingan tersebut bertajuk 'Sharing Investor'. Isi dari 'Sharing Investor' itu ialah pengakuan dari beberapa investor yang sudah melakukan pinjaman online (pinjol) untuk membeli saham Antam. Pengakuan pertama dari investor sangkut ialah, pinjol sampai Rp 170 juta di 10 aplikasi. Kemudian jor-joran melakukan pembelian saham Antam langsung 500 slot. Pengakuan kedua, berupa pembelian saham KAEF. Uang yang dipakai merupakan uang arisan yang dititipkan. Sang investor sangkut merasa kelagapan karena berdasarkan data portofolio, saham KAEF minus hampir 25 persen. Kemudian, pengakuan ketiga, investor sangkut sudah menggadaikan harta benda. Berupa BPKB motor. Saham yang diinvestasikan tidak mengalami perubahan. Alias sangkut. Menanggapi itu, Pengamat Ekonomi Kalimantan Timur Purwadi memberikan komentar. Ia mengatakan, harga saham yang secara jangka pendek, pasti belum mengalami kenaikan yang signifikan. Umumnya, yang naik tinggi dengan cepat akan turun jauh dengan waktu yang juga cepat. Ia menerangkan, memang secara jangka panjang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara grafik terus naik. Namun, kenaikan secara individu saham jangka panjang sangat erat hubungannya dengan kinerja saham tersebut.   "Baik di masa lalu, saat ini, maupun prospek kinerjanya di masa yang akan datang. Ini disebut analisis fundamental," terangnya, Rabu (20/1). Ia menuturkan, peran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sangat dibutuhkan. Kenapa? Pertama, untuk meminimalkan jasa investasi saham bodong. Kedua, untuk memilah-milah investor yang sudah memiliki catatan buruk. Catatan buruk yang dimaksud ialah melakukan pinjol. Atau terlilit dalam suatu tagihan tertentu. Berupa kredit, maupun catatan dalam menggadaikan harta benda. "Kadang kasian jika ada investor yang sudah sungguh-sungguh, eh jasa investasinya bodong. Atau sebaliknya juga, di sini perlu pengawasan ketat tentu dari OJK," tegas Purwadi. Bagi Purwadi, ada baiknya para investor baru dengan 'uang panas' ini mempelajari terlebih dahulu sistem investasi saham. Seperti, cara untuk berinvestasi di saham. Lalu, alokasi dana seperti apa yang dapat digunakan untuk penempatan dana di aset berisiko seperti saham. Purwadi juga meminta investor baru untuk tidak terbuai dengan kilaunya cuan. Serta testimonial investor yang sudah mengalami pencapaian. "Diposting oleh orang-orang di akun media sosial dan malah ikut-ikutan meski tidak paham, hingga berakhir seperti investor-investor panik, ya kalau bisa jangan begitulah," sindirnya. Tak hanya menilai dari jasa investasinya. Kata Purwadi, aplikasi pinjol yang sudah bermunculan harus dipastikan juga legalitasnya. Karena menjadi hal yang aneh jika bunga yang ditawarkan melebihi batas umumnya. Yakni 0,8 persen. Tujuannya tak lain, untuk tidak buntung. Atau tidak terlilit hutang pinjol. Memang diakui Purwadi, penawaran pinjaman yang diberikan jasa aplikasi pinjol sangat menggiurkan. Dengan batasan waktu yang dinilai peminjam sanggup untuk dibayarkan. Tetapi sekali lagi ditegaskan Purwadi, masyarakat juga harus cerdas menimbang-menimbang penawaran yang diberikan. "Yang instan-instan itu justru malah cepat juga merugikannya," sambatnya. Saran lain juga diberikan Purwadi. Ketika market mengalami kenaikan terus-menerus. Apapun yang terjadi, ia kembali mengingatkan kepada nasabah untuk tidak berutang dalam membeli saham. Kemudian, jelas Purwadi lagi, jangan menggunakan margin secara berlebihan. Serta tidak memakai dana darurat pribadi. Dan benar-benar menggunakan “uang dingin” untuk membeli saham. "Hindari spekulasi tinggi. Hindari FOMO (Fear Of Missing Out). Ingat, market tidak pernah bergerak linear," lugasnya. Purwadi juga menyatakan, penerapan money management juga perlu bagi calon investor. Dengan persiapan plan dan keberanian untuk cut loss. Pengamat Pasar Modal Leo Herlambang juga memberikan komentar. Dengan keras, ia melarang masyarakat untuk berinvestasi di pasar saham menggunakan utang. Atau uang panas. Kata Leo, investasi saham merupakan investasi yang penuh ketidakpastian. Dan memerlukan waktu panjang. "Yang berarti, harga saham bisa naik dan turun dalam waktu singkat," ungkapnya. Leo menyatakan, keadaan yang memberatkan bagi investor tersebut sangat riskan. Leo bahkan memberikan contoh, ketika investasi belum naik, sang investor sangkut harus membayar bunga. Hal ini tentu akan menimbulkan kepanikan. Dan menyebabkan stres. "(Investor sangkut) terpaksa menjual sahamnya untuk membayar bunga. Sangat merugi, jadi mending tidak usah," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: