Nasib Penerbangan di Tengah Pandemi COVID-19

Nasib Penerbangan di Tengah Pandemi COVID-19

Tahun 2020 telah berakhir, tetapi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) masih belum berakhir, termasuk juga di Bumi Batiwakkal. Dampaknya luas dirasakan. Antara lain terhadap nasib penerbangan. Virus corona pertama kali merebak di Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019, kemudian menyebar ke berbagai Negara.

Adapun kasus positif pertama yang terjadi di Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 sebanyak 2 kasus. Kondisi ini kemudian terus berkembang sehingga turut menyebabkan gangguan pada perekonomian. Pada tingkat nasional, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan I dan II 2020 dengan pertumbuhan -2,41 persen dan -4,19 persen. Kemudian dengan diberlakukannya new normal, perekonomian mulai membaik dengan pertumbuhan 5,05 persen pada triwulan III 2020. Pandemi COVID-19 ini mengakibatkan dampak pada berbagai aspek kehidupan tak terkecuali kegiatan transportasi. Sektor transportasi memiliki peran penting dan strategis dalam pembangunan daerah. Berbagai sektor ekonomi sangat bergantung kepada sektor transportasi sebagai moda pengangkut manusia, bahan baku baik makanan maupun non makanan, serta faktor produksi lainnya. Kabupaten Berau termasuk daerah yang mengalami penurunan penggunaan jasa transportasi secara drastis khususnya nasib bisnis penerbangan. Berdasarkan Laporan Data Lalu Lintas Angkutan Udara Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas I Kalimarau, pada masa sebelum pandemi COVID-19, jumlah penumpang berangkat pada bulan Januari dan Februari masing-masing sebanyak 17.302 orang dan 17.342 orang, kemudian menurun menjadi 13.600 orang pada bulan Maret. Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena kebijakan-kebijakan yang berlaku di berbagai daerah serta rasa kecemasan masyarakat pada masa awal-awal penyebaran virus corona di Indonesia. Angkutan penumpang dan barang melalui Bandar Udara (Bandara) Kalimarau mengalami penurunan yang cukup signifikan semenjak pelaksanaan kebijakan penutupan Bandara Kalimarau pada tanggal 1 sampai dengan 14 April 2020. Ditambah lagi dengan penemuan kasus positif pertama di Kabupaten Berau diumumkan pada tanggal 10 April 2020 sebanyak 1 kasus. Dengan kebijakan tersebut, jumlah penumpang pada bulan April 2020 menurun tajam dibandingkan bulan Maret 2020 dengan penurunan sebesar 90,47 persen untuk jumlah penumpang datang dan 88,15 persen untuk jumlah penumpang berangkat. Secara total, jumlah penumpang angkutan udara yang diberangkatkan melalui Bandara Kalimarau pada tahun 2020 sebanyak 106.965 orang. Artinya terjadi penurunan sebesar 52,25 persen dibanding tahun 2019 yang sebanyak 223.994 orang. Hampir serupa, jumlah penumpang datang juga menurun sebesar 53,07 persen . Jika dilihat perkembangan setiap bulan pada tahun 2020, jumlah penumpang paling sedikit terjadi pada bulan Mei 2020 yaitu sebanyak 81 penumpang datang dan 460 penumpang berangkat yang diangkut oleh 9 pesawat datang maupun berangkat. Padahal jika ditelisik, pada Bulan Mei tersebut terdapat Hari Raya Idul Fitri (24-25 Mei 2020) yang biasanya mengalami lonjakan jumlah penumpang cukup tajam dibanding bulan lain-lain. Jumlah penumpang bulan Mei 2020 tersebut menurun drastis jika dibandingkan bulan Mei 2019 yang dapat mengangkut sebanyak 15.462 penumpang datang dan 19.735 penumpang berangkat. Hal ini disebabkan adanya kebijakan larangan mudik pada apatur negara dan juga pertimbangan pribadi masyarakat, seperti perasaan tidak yakin tidak akan tertular COVID-19 di bandara atau di pesawat meskipun penumpang lain sudah menunjukkan hasil rapid test pada saat check in. Sama halnya dengan pengangkutan penumpang, terjadi penurunan volume pada pengangkutan barang (kargo) meskipun dengan angka penurunan yang lebih kecil. Pada tahun 2020, kargo yang dibongkar dari pesawat datang di Bandara Kalimarau sebanyak 622.540 kg atau menurun 45,98 persen dibandingkan tahun 2019 yang mencapai sebanyak  1.152.378 kg. Sedangkan kargo dimuat untuk dibawa keluar Kabupaten Berau menurun 35,55 persen dengan volume yang lebih kecil dibandingkan kargo dibongkar yaitu sebanyak 550.603 kg. Angka ini menunjukkan bahwa barang yang masuk ke Kabupaten Berau (impor), masih lebih besar dibandingkan barang keluar dari Kabupaten Berau (ekspor). Adapun penurunan angkutan kargo yang masih lebih kecil dibandingkan angkutan penumpang, dapat disebabkan karena meskipun dalam masa pandemi COVID-19, pengiriman melalui transportasi udara masih dimanfaatkan oleh masyarakat yang melakukan jual beli barang secara online. Secara umum, penurunan pergerakan moda transportasi udara ini karena adanya restriksi mobilisasi untuk mencegah penyebaran COVID-19 yakni melalui pemberlakukan protokol kesehatan (menjaga jarak, mencuci tangan dan menggunakan masker) dan tindakan preventif Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau yang lebih dikenal dengan istilah lock down. Selanjutnya, penurunan aktivitas pada transportasi udara, tentunya akan memberikan dampak pengganda (multiplier effect) pada berbagai kegiatan ekonomian lainnya. Salah satunya adalah sektor pariwisata di Kabupaten Berau, dimana transportasi udara berperan sebagai sarana utama bagi wisatawan untuk datang ke Kabupaten Berau, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Namun jika pandemi ini terus berlangsung selama tahun 2021, maka tidak mungkin akan muncul masalah baru bagi sektor transportasi udara di Kabupaten Berau. Semoga pandemi ini segera berakhir sehingga semua sektor dapat kembali normal. (Statistisi Pertama BPS Kabupaten Berau)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: