Cermati, 9 Sentimen Pengaruhi IHSG Awal 2021

Cermati, 9 Sentimen Pengaruhi IHSG Awal 2021

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Memudarnya sentimen positif penandatanganan paket stimulus fiskal Amerika Serikat dan kesepakatan Brexit yang masih jauh dari sempurna. Diproyeksi menjadi sentimen yang akan memengaruhi pasar pekan ini. Sentimen tersebut juga membuat pasar kekurangan sentimen positif.

Tak hanya sentimen tersebut. Masih tingginya kasus COVID-19 baik dalam maupun luar negeri diperkirakan juga membuat pasar saham berpeluang konsolidasi melemah di awal Januari 2021. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak dengan support di level 5,962 sampai 5,775 dan resistance di level 6,055 sampai 6,195. Hal demikian diungkapkan Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee. Menurutnya, pada minggu pertama Januari 2021 dari luar negeri akan memberikan sentimen kepada pasar saham. Pertama. Presiden AS Donald Trump meloloskan undang-undang bantuan finansial COVID-19 dan pengeluaran belanja pemerintah. Kedua RUU itu adalah stimulus fiskal lanjutan senilai USD 900 miliar untuk memperluas tunjangan pengangguran untuk jutaan rakyat Amerika. Dan RUU anggaran belanja pemerintah AS sebesar USD 1,4 triliun untuk menghindari terjadinya goverment shutdown di akhir tahun. Penandatanganan itu dilakukan beberapa hari setelah Trump menyatakan akan memveto legislasi. Dan menuntut pembayaran langsung sebesar USD 2.000 kepada warga Amerika, bukan USD 600. “Ini sempat sentimen positif pasar di minggu terakhir Desember 2020,” kata Hans Kwee dalam analisanya yang disampaikan, Minggu (3/12) kemarin. Kedua, DPR Amerika yang dikuasai Partai Demokrat berencana memenuhi permintaan Donald Trump. Guna meningkatkan pembayaran bantuan langsung COVID-19 kepada rakyat Amerika yang terpukul pandemi dari USD 600 menjadi USD 2.000. Tetapi Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell memblokir upaya Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer untuk meningkatkan cek stimulus tersebut. Senat saat ini tidak memiliki rencana untuk memberikan suara pada RUU yang akan meningkatkan cek menjadi USD 2.000 dari USD 600. Hal ini menjadi sentimen negatif pada penutupan pasar saham di akhir 2020. Sentimen Ketiga. Presiden terpilih AS Joe Biden diperkirakan mendorong lebih banyak tindakan untuk mendukung ekonomi Amerika setelah dilantik pada 20 Januari 2021. Biden sangat mungkin mendorong stimulus fiskal yang lebih besar untuk memulihkan ekonomi Amerika akibat dampak pandemi COVID-19 yang terjadi. Ini menjadi katalis pelemahan USD terhadap mata uang negara lain. Sebab dengan jumlah stimulus fiskal yang lebih besar akan menurunkan demand terhadap greenback. “Stimulus dan perkiraan pelemahan nilai tukar USD menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia,” tandasnya. Keempat. Investor menunggu pemilihan anggota senat di Georgia yang akan menentukan partai politik mana bakal mengendalikan Senat Amerika. Bila Partai Demokrat dapat menambah kursi dari negara bagian tersebut, akan terjadi gelombang biru. Sehingga timbul ekspektasi untuk lebih banyak stimulus fiskal di masa yang akan datang. Bila Senat dan DPR yang dikendalikan Demokrat maka stimulus fiskal Amerika Serikat akan semakin besar dan mendorong pemulihan ekonomi negara tersebut lebih cepat. Ini menjadi sentimen positif jangka pendek bagi pasar keuangan dunia. Kelima. Pengumuman kesepakatan perdagangan Brexit antara Inggris dan UE. Kesepakatan tersebut terjadi ketika pasar ditutup pada 24 Desember. Dari 27 duta besar dari negara anggota UE, secara resmi menyetujui kesepakatan tersebut. Anggota parlemen Inggris menyetujui kesepakatan perdagangan Brexit sebelum batas waktu 31 Desember. Meskipun perjanjian tersebut menghindari Inggris keluar tanpa kesepakatan yang berpotensi menimbulkan kekacauan ekonomi. Namun perjanjian tersebut tidak mencakup sektor jasa yang merupakan 80% dari perekonomian Inggris. Fakta yang ada adalah kesepakatan tersebut tidak memberikan kerangka kerja untuk layanan keuangan dan masalah kemerdekaan Skotlandia. Kesepakatan tersebut masih sangat jauh dari sempurna untuk menghindarkan masalah bagi Ekonomi Inggris di masa yang akan datang. Keenam. Varian baru virus corona di Inggris menyebabkan penerapan kembali pembatasan pergerakan. Menekan permintaan jangka pendek dan membebani harga. Saat ini rawat inap dan jumlah infeksi baru naik di beberapa negara Eropa dan Afrika. Lonjakan virus itu menyebabkan tindakan penguncian di seluruh negera, menghambat upaya pemulihan ekonomi. “Penyebaran virus yang tidak terkendalikan pada akhir tahun 2020 masih menjadi sentimen negatif utama di pasar keuangan pada awal tahun 2021,” ujar Hans Kwee. Ketujuh. Hans mengatakan regulator Inggris menyetujui vaksin virus corona yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca untuk penggunaan darurat. Inggris kembali menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin yang dikembangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford tersebut. Uji coba menunjukkan hasil yang bervariasi dalam keefektifan vaksin AstraZeneca. Vaksin awalnya menunjukkan efektivitas rata-rata 70 persen tetapi tingkat itu melonjak menjadi 90 persen ketika diubah dosisnya. AstraZaneca mengklaim vaksin COVID-19 yang dikembangkan bersama dengan Oxford University telah mencapai "formula juara". Sehingga 100% efektif mencegah infeksi virus corona baru (SARS CoV-2). Pemerintah Indonesia dikabarkan menandatangani perjanjian pembelian 50 juta dosis vaksin COVID-19 yang dikembangkan Oxford dan AstraZeneca. Delapan. Yaitu otoritas kesehatan China telah menyetujui vaksin produksi Sinopharm untuk digunakan secara umum pada negara tersebut. Pada konferensi pers di Beijing, gugus tugas COVID-19 China mengumumkan bahwa vaksin tersebut telah melampaui standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan akan membantu membangun kekebalan yang efektif di China. Hasil uji coba fase 3 Sinopharm telah menunjukkan vaksinnya efektif 79% mencegah COVID-19. Hasil uji coba vaksin Sinopharm yang dilakukan di UEA dengan tingkat kemanjuran 86% pada awal Desember. Sinopharm dan saingannya Sinovac sama-sama membuat vaksin dengan metode yang lebih tradisional menggunakan virus yang tidak aktif untuk memicu respons kekebalan. Vaksin ini lebih sulit untuk diproduksi dengan cepat dibandingkan jenis lainnya dan berpotensi menyebabkan respons imun yang tidak seimbang. Sembilan. Adalah sentimen dari dalam negeri. Rencana Pemprov DKI Jakarta memberlakukan pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta menimbulkan kecemasan pelaku pasar. Dia bilang, hal ini akan berdampak negatif terhadap pemulihan ekonomi nasional. Pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria bahwa pemerintah provinsi sedang mempertimbangkan kembali mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat akibat tingginya jumlah kasus positif COVID-19 di ibu kota. “Hal ini menjadi sentimen negatif yang menyebabkan pasar terkoreksi di dua hari terakhir perdagangan saham di Desember 2020,” imbuh Hans Kwee. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: