Anggap Semua Positif

Anggap Semua Positif

COVID-19 makin menjadi-jadi. Rabu (23/12), pecah rekor. Penambahan capai 75 orang terkonfirmasi atau positif. Orang terdekat pun dinilai tak aman.

Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi mengatakan, kasus terkonfirmasi COVID-19 di Berau, sempat melandai. Tapi itu tidak berlangsung lama. Banyak kejutan tak terduga oleh virus itu. Kemarin, diakuinya, rilis terbanyak sepanjang tahun 2020. Iswahyudi mengaku terkejut dengan banyaknya tambahan kasus itu. Dia pun tak habis piker, karena lonjakan kasus terkonfirmasi tak kunjung melandai. Bahkan, setiap harinya terjadi peningkatan khususnya dalam sepekan terakhir. Pihaknya cukup kehabisan cara untuk membendung gejolak atau penyebaran virus di Berau. Semua masyarakat Berau, harus lebih waspada. Walaupun dengan orang terdekat sekalipun. “Sekarang sudah tidak ada tempat aman. Sekalipun itu di rumah kalian,” ujarnya kepada Disway Berau, kemarin. Berau sudah zona merah. Potensi bahaya semakin besar. Pembatasan wilayah, dianggap tak efesien. Total dari awal tahun, sudah 835 orang terkonfirmasi COVID-19, di mana 252 orang masih dirawat dan 11 orang meninggal dunia. Termasuk, Bupati Berau ke-9, almarhum Muharram. “Saya bingung harus bagaimana sekarang. Berkali-kali saya katakan virus itu ada, bukan fiksi. Itu nyata,” katanya. Lanjutnya, yang bisa dilakukan sekarang adalah saling mencurigai. Masyarakat harus menganggap orang sekitar semuanya positif COVID-19. Sehingga, saling menjaga jarak dan tidak bersentuhan. “Itu saja sekarang yang harus dilakukan, anggap semua orang positif. Kalau ketemu orang, silakan jauhi. Walaupun kalian kenal baik, setidaknya berjarak 1,5 meter,” ungkapnya. Selain itu juga, penggunaan masker masih dinilai efektif untuk mengurangi risiko penularan. Bukan perkara merk ataupun brand masker. Tapi manfaatnya. “Mau masker kalian jelek, dibuat dari kain perca ataupun yang mahal sekali pun. Tetap saja itu fungsinya sama. Jadi jangan mentang-mentang maskernya jelek, jadi enggak mau dipakai,” bebernya. Menurutnya, sekarang masyarakat mulai mengabaikan protokol kesehatan. Berdasarkan pantauan dan laporan yang didapatkan, banyak masyarkat yang beraktivitas di luar rumah, tanpa menggunakan masker. “Saya tidak paham apa mau mereka. Giliran bergejala berat, merengek-rengek ke pemerintah untuk dirawat. Tapi giliran begini, enggak ada yang mau dengar perkataan pemerintah,” ucapnya. “Sebelum terlambat. Segeralah bertaubat. Jangan keseringan mengacuhkan imbauan pemerintah. Jangan tunggu terpapar baru sadar,” tandasnya. Klaster Perusahaan Mendominasi Dari 75 kasus terkonfirmasi COVID-19. Diketahui, 29 berasal dari sumber penularan yang tidak diketahui, 8 orang pelaku perjalanan, 8 klaster BUMA BMO, 15 orang dari klaster RBA SMO, 2 orang Klaster Nakes dan 13 orang klaster keluarga. Iswahyudi mengaku, beberapa hari ini terus mendapati adanya klaster baru. Dan paling banyak adalah klaster keluarga. “Klaster keluarga cukup mendominasi saat ini,” ujarnya kepada Disway Berau. Salah satu contoh klaster keluarga adalah kontak erat MH. Karena masifnya penularan dalam keluarga tersebut, sehingga terjadilah klaster. “MH saat itu terpapar dari sumber yang tidak diketahui,” ucapnya. Selain klaster keluarga, yang tak kalah mengkhawatirkan adalah klaster perusahaan. Diakuinya, memang tidak separah klaster SIS BMO, namun efeknya sama. Iswahyudi menyebut, klaster BUMA BMO, BUMA LMO, RBA SMO berawal dari ditemukannya karyawan yang terpapar virus COVID-19. Padahal, dia tidak melakukan perjalanan luar kota. “Jadi mereka itu mayoritas tinggal di mes. Tapi waktu itu (yang pertama terjaring) sempat turun ke Tanjung alias tidak tidur di mes,” katanya. Lanjutnya, dari ketiga klaster perusahaan itu kasusnya serupa. Yakni, dari sumber yang tidak di ketahui. Adapun karyawan perusahaan yang melakukan perjalanan, kalau pun positif, pasti tercatat sebagai pelaku perjalanan.“Jadi ini memang murni ada penularan antarkaryawan,” ungkapnya. Dikatakannya, penerapan protokol kesehatan di perusahaan tersebut cukup baik. Namun, kelalaian karyawan tak bisa melulu diawasi. Apalagi saat jam istirahat kerja. Karyawan bebas makan siang ataupun minum dan merokok di tempat yang telah disediakan. “Nah mungkin saat itu lah terjadi penularan,” tegasnya. Untuk itu, dirinya mengimbau agar perusahaan yang memiliki karyawan terkonfirmasi bisa terus melakukan pengawasan dengan ketat. Termasuk tracing kontak erat pasien terkonfirmasi di lingkup perusahaannya. “Tapi perusahaan di sini bagus. Mereka mau bekerja sama dengan pemerintah untuk menanggulangi COVID-19,” tandasnya.*/fst/app

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: