Sociopreneur Tersemai Pandemi
Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Wujud sociopreneur berkembang di era disrupsi 4.0. Budaya ketimuran yang kaya empati, melekat dalam jiwa anak muda Indonesia. Yang kini hidup di zaman perkembangan teknologi. Hingga memicu munculnya banyak insan-insan sociopreuner.
Sociopreuner adalah usaha atau bisnis yang berbasis sosial. Tidak hanya bertujuan untuk mengambil keuntungan semata. Tapi ada nilai-nilai sosial di dalamnya. Turut berkontribusi bagi kesejahteraan banyak orang. Diskursus ini, dibahas dalam Webinar Kalsul Series #11 SKK Migas - KKKS Kalimantan dan Sulawesi. Bertajuk Sociopreneur, Peran Generasi Milenial Era Disrupsi 4.0, Rabu (11/11) lalu. Agenda seminar daring ini menghadirkan pembicara Sandiaga Salahudin Uno dan dua wartawan senior; Andy F Noya dan Makroen Sanjaya. Sandiaga Uno dalam paparannya menjelaskan, catatan pelajaran dari puncak krisis akibat pandemi ini, ialah orang-orang kini hidup bersama-sama dan bekerjasama. Sebab hampir semua lini kehidupan terdampak multiplier effect COVID-19. Dengan level keparahannya masing-masing. Sehingga, mereka yang dulu berkompetisi dalam bisnis, kini saling berbagi, kata dia. Sementara di dunia bisnis, menurut dia, jenis usaha yang paling resistan dan mampu bertahan di hadapan pandemi, adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kendati juga setelah "berdarah-darah". UMKM dituntut bertahan dengan mencari inovasi sosial. Sandi Uno berpandangan, bahwa tantangan ke depan adalah penciptaan lapangan kerja. Konsekuensi dari melemahnya ekonomi dan ambruknya banyak sektor bisnis. Maka dengan sociopreuner, orang-orang terdorong untuk membuat suatu usaha dan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Terutama yang paling realistis adakah UMKM. "Sektor konsumsi dan UMKM yang paling bisa bertahan," kata mantan wagub DKI Jakarta itu. Pesan penting lain yang disampaikan Sandiaga, untuk menghadapi dampak pandemi, yakni saatnya mengurangi pengeluaran rumah tangga. Terutama bagi yang kehilangan pekerjaan, atau jam kerja berkurang. Hingga tidak lagi mampu untuk sekadar membayar cicilan atau sewa. Ia mengajak untuk mampu mengendalikan ambisi ekologi. Membangun ekosistem sosial yang saling menguatkan. Perbedaan yang selama ini membatasi harus tunduk pada kenyataan bahwa manusia adalah sesama makhluk tuhan. "Pandemi ini kesempatan untuk berbuat lebih baik. Menyemai kebaikan untuk semua," tuturnya. Lebih jauh, dia memaparkan, sejatinya sosial entrepreneur menjadikan masalah sosial sebagai target atau problem statemen. Untuk disolusikan sebagai peluang untuk mengembangkan produk, layanan, dan pasar baru. Sejak awal wabah pagebluk ini, ekonomi mikro memang terdampak dan UMKM bertahan dengan adaptasi. Golongan usaha ini dinilai cukup tangguh untuk menyelesaikan masalah pelik yang membekuk hingga kembali ke keadaan semula secara perlahan. Ia memberikan beberapa contoh kisah sukses para pemula sociopreneur yang terbukti mampu memberi dampak pada dunia. Mereka juga mampu menunjukkan bahwa kata-kata amal dan keuntungan. Bisa berjalan beriringan. Sandiaga memberi tips bagi sipapun yang berkeinginan memulai misi bisnis yang mendatangkan amal itu. Yakni segeralah bersiap, pada saatnya ekonomi memang sedang diterpa badai. Namun ia berkeyakinan, semua akan pulih secara bertahap. Sektor demi sektor. "Tetap meminimalisasi risiko kesehatan masyarakat, sekaligus memulai manfaat ekonominya," ujarnya. Pertama yang harus dilakukan, tentukan tingkat risiko kesehatan dari setiap jenis pekerjaan. Kemudian tentukan jenis pekerjaan mana yang memiliki pengaruh terbesar pada perekonomian. Dan yang terakhir, petakan risiko kesehatan dan pengaruh perekonomian. Terkahir, mantan calon wapres Prabowo itu mengungkapkan, meski banyak usaha yang merunduk pada pandemi, bukan berarti tak ada yang justru mengalami keadaan sebaliknya. Ia membeber, bahwa ada sejumlah sektor usaha yang justru mengalami lonjakan pertumbuhan di tengah paceklik ekonomi ini. Di antaranya adalah industri medis, telekomunikasi, industri digital, makanan, bioteknologi, legal dan energi bersih. Katanya, untuk menjadi entrepreneur, modal utamanya cuma satu; niat. Contoh paling muda adalah menjadi reseller. Usaha yang tanpa modal. Dan tumbuh subur di era disrupsi ini. "Usaha berbasis digital tidak lagi menuntut modal materi. Melainkan hanya dengan ide, kreativitas dan tekad kuat," ungkap Sandi. Lebih jauh dia berujar, bahwa media sosial telah menyediakan panggung untuk unjuk gigi. Tinggal bagaimana mengemas ide dan menguatkan tekad. "Para pemenang akan bergerak mencari jalan, sementara pecundang hanya akan berdiam diri dan kebingungan," tandas Sandiaga Uno. (das/eny)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: