Urgensi Taman Baca untuk Anak-Anak
OLEH: ERWAN RIYADI*
Baru-baru ini aku mengunjungi Dusun Sungai Tempurung di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kukar. Tidak sangat jauh dari Tenggarong. Hanya butuh waktu kira-kira 2,5 jam saja. Namun ada bagian jalan yang masih tanah pengerasan dan segera akan “lumer” saat tersiram air hujan. Ini spot yang berisiko kalau menggunakan mobil “biasa”. Apalagi menggunakan motor “kota”. Ada urusan yang aku prioritaskan sehingga harus bertandang ke sana. Menyambangi Taman Baca Sungai Tempurung (TBST) yang didirikan oleh relawan literasi setempat. Para perempuan yang berprofesi sebagai guru PAUD di dusun itu. Taman baca sederhana inilah yang didukung keberadaannya sejak awal oleh Gerakan Literasi Kutai (GLK) dan CSR perusahaan setempat.
Di jalan poros menuju Anggana, kami singgah sebentar di kantor PT RKBM di kawasan Desa Makroman (Samarinda). Perusahaan inilah yang sejak awal berkomitmen untuk membantu mendirikan taman baca di Sungai Tempurung. Sayangnya kami tidak sempat bertemu dengan Pak Ysr. Figur penting di perusahaan ini. Tapi beliau telah menyiapkan mobil “lapangan” untuk mengantarkan kami.
Ternyata medan jalan saat memasuki Dusun Sungai Tempurung memang masih rintisan. Tapi kiri kanannya sudah ada beberapa pemukiman dan calon pemukiman. Itu artinya dusun ini tidaklah sangat terisolir. Apalagi untuk ke depannya.
Ditilik dari namanya, dusun ini sepertinya sudah cukup tua. Kemungkinan besar dihuni oleh orang Kutai. Benarkah? Ah. Biar nanti aku cari tahu.
Dan sampailah kami di Dusun Sungai Tempurung. Tepat di depan bangunan sekolah PAUD. Oh, rupanya taman baca ini menjadi satu dengan sekolah PAUD. Kulihat beberapa perempuan dewasa dan anak-anak menyambut kami. Ini suasana yang menyenangkan. Meski sangatlah sederhana.
Rombongan kami, Bu Listy, Bunga dan Ayu segera masuk. Bergabung di taman baca itu. Sementara aku dan Pak Supir “menyingkir” sejenak untuk melihat keadaan sekitar.
Ini benar-benar dusun. Sepi. Hanya dihuni sekitar 200 orang. Dulu, kabarnya tempat ini pernah menjadi lahan pertanian yang subur. Tapi sekarang nyaris tidak ada lagi warga yang bertani. Warga dusun lebih suka bekerja di perusahaan batu bara dan sawit yang telah “mengepung” dusun ini. Aku belum bertemu orang Kutai di sini. Yang ada kebanyakan orang-orang dari suku Jawa.
Ada satu sekolah PAUD dan satu SD di dusun ini. Itu artinya, kalau mau melanjutkan sekolah, anak-anak harus keluar dusun. Desa Makroman yang masuk wilayah Samarinda menjadi salah satu pilihannya. Lalu bagaimana prospek pendidikan di sini? Mengapa taman baca perlu didirikan?
Kurang lebih setahun lalu, Bu Listy, Sekretaris GLK menyampaikan rencananya membuat taman baca di sini dan perlunya GLK terlibat di dalamnya.
Berawal dari inisiatif Bunda Syaripah Windra, pegiat sosial dan literasi yang berdiam di Kutai Lama, yang lokasinya berseberangan sungai dengan dusun ini. Didukung oleh para guru PAUD dan PT RKBM, maka berdirilah TBST.
GLK sebagai penggerak literasi di Kukar tentu saja serius untuk terus mengembangkan TBST. Meskipun GLK mempunyai banyak keterbatasan. GLK berkomitmen untuk mendorong munculnya banyak sarana baca di pelosok Kukar. Khususnya taman baca yang lebih diperuntukkan bagi anak-anak.
Mengapa anak-anak? Karena inilah usia krusial untuk membentuk kebiasaan membaca yang baik. Anak-anak memiliki naluri ingin tahu yang sangat tinggi. Di samping nutrisi yang sehat dan permainan yang baik, mereka sangat perlu bahan bacaan yang mencerdaskan.
PENTINGNYA ANAK MEMBACA
Aku jadi ingat beberapa alasan utama mengapa anak-anak, terutama pada usia dini, harus mulai banyak membaca, yang aku kutip dari berbagai sumber. Berikut ini di antaranya: pertama, mendapatkan kosa kata baru. Melalui aktivitas membaca, anak-anak akan terbiasa mendengar berbagai kosa kata baru. Ini akan memperkaya mereka dalam memahami berbagai kata yang ada di sekitar mereka. Hal ini juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk membuat otak agar lebih berkembang. Karena anak dirangsang untuk memperkaya “bahasa” mereka.
Kedua, meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Dengan perbendaharaan kata yang semakin banyak, akan membantu anak lebih mudah berkomunikasi. Mereka akan lebih percaya diri dalam berucap. Karena mereka kaya dengan berbagai kata dan kalimat. Susunan yang baik dalam berbicara pun secara perlahan akan berpengaruh pada cara mereka berkomunikasi. Selain itu, ketika orang tua membacakan buku ke anak, sebaiknya dengan volume suara yang dapat didengar dengan baik oleh mereka (read a loud). Karena dengan read a loud, orang tua mengajarkan banyak keterampilan dalam berkomunikasi. Bagaimana cara berbicara, mendengarkan dan membaca dengan baik.
Ketiga, memperkenalkan konsep baru. Melalui aktivitas membaca, anak-anak akan semakin banyak mengenal konsep-konsep dasar pengetahuan. Mulai dari huruf, angka, warna, alam dan lingkungannya, dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: