Pariwisata Potensi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru Kaltim

Pariwisata Potensi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru Kaltim

Tutuk SH Cahyono. Balikpapan, Disway Kaltim.com – Pemprov Kaltim berencana mengembangkan pariwisata sebagai pengganti pertambangan. Namun, sektor baru itu dinilai belum mampu mengangkat perekonomian karena berbagai sebab. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur Tutuk SH Cahyono menyarankan pemprov mendorong jasa di bidang pariwisata dengan potensi wisata budaya dan hutan alam tropis. “Pariwisata berpotensi semakin besar sebagai alternatif sumber pertumbuhan ekonomi jika digarap serius. Dan sinergi kolaboratif oleh semua pihak yang terkait,” kata Tutuk Cahyono, Selasa (27/8/2019). Dia menyebutkan, sejumlah kota seperti Samarinda dan beberapa kota lain memiliki wisata susur Sungai Mahakam, wisata budaya khas suku Dayak. Selanjutnya, Balikpapan memiliki konservasi Beruang Madu, hutan mangrove, penangkaran buaya Teritip dan lainnya. Untuk memajukan pariwisata di Kaltim, Tutuk menilai sejumlah tantangan dihadapi daerah ini berasal dari 3A. Yakni, aksesibilitas, amenitas dan atraksi. Ia mengambil contoh Kepulauan Derawan yang menjadi tujuan wisata utama di Kalimantan. “Aksesi utama menuju Derawan lewat penerbangan udara masih terbatas dan relatif mahal. Terbatasnya konektivitas penerbangan dari provinsi lain menyebabkan wisatawan harus memilih penerbangan dengan transit yang lebih mahal dibandingkan penerbangan langsung,” kata dia. Saat ini penerbangan langsung menuju Derawan hanya dilayani dari Bandara Juwata Tarakan, Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, dan APT Pranoto Samarinda.   Di samping penerbangan yang terbatas dan mahal, waktu tempuh melalui jalur laut juga memakan waktu lama. Perjalanan dari Bandara Juwata Tarakan hingga Kepulauan Derawan membutuhkan waktu sekitar 3 jam dengan speed boat. Sementara dari Bandara Kalimarau, Berau wisatawan masih harus menempuh sekitar 2 jam perjalanan darat dan dilanjutkan sekitar 30 menit menyeberangi laut untuk sampai di Pulau Derawan. Waktu tempuh yang cukup lama ini juga menjadi hambatan karena memperkecil kemungkinan untuk menghabiskan akhir pekan. Sebagai solusi persoalan itu, Tutuk berharap adanya percepatan pembukaan penerbangan komersil di Bandara Maratua serta operasional jalan alternatif dari Tanjung Redeb menuju Tanjung Batu.  “Port penyeberangan ke Kepulauan Derawan perlu dipikirkan agar pariwisata Kaltim tidak kehilangan momentum,” ungkap dia. Selain itu, lanjutnya, tujuan berwisata bagi sebagian besar turis adalah untuk berlibur. Sehingga amenitas atau fasilitas penunjang berperan penting sebagai faktor penarik wisatawan agar datang kembali. Amenitas di daerah itu telah diisi beberapa resort yang menyediakan fasilitas lengkap. Tetapi pilihan restauran dan kafe di luar resort masih terbatas. Sayangnya, kata Tutuk, harga penginapan relatif lebih mahal dibandingkan tempat pariwisata lainnya seperti Bali, Lombok, Labuan Bajo, dan Belitung. Harga hotel berbintang tiga di Labuan Bajo berada di rentang Rp 600 ribu. Sementara di Kepulauan Derawan dengan fasilitas mirip, harga kamar di patok sekitar Rp 750 – Rp 850 ribu. Penetapan harga penyewaan speed boat yang belum standar serta paket open trip yang tidak banyak ditawarkan untuk wisatawan on the spot, juga menjadi perhatian untuk pengembangan amenitas di kawasan ini dalam beberapa waktu kedepan. Belum lagi, faktor A ketiga, yakni atraksi yang masih minim. Sektor pariwisata menjadi alternatif lantaran Kalimantan Timur masih menghadapi tantangan dalam menarik investasi langsung untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi secara inklusif dan berkelanjutan. Sektor pariwisata diharapkan bisa menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kaltim yang mampu membantu menurunkan defisit neraca transaksi berjalan nasional. (k/fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: