Timor Leste setelah Pisah dari Indonesia
Sebelum Operasi Seroja, pemerintah RI sudah melancarkan operasi intelijen dengan nama sandi Operasi Komodo pada 1974 untuk mencari info-info terkait politik di Timor Timur yang berpusat di Dili.
Rosihan Anwar dalam Sejarah Kecil “Petite histoire” Indonesia Volume 1 (2004) menuliskan, Operasi Komodo dipimpin oleh Ali Moertopo dan bertujuan memasukkan Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia. Hasil penyelidikan ini terungkap bahwa Fretilin yang berpaham komunis menginginkan kemerdekaan lebih diminati oleh sebagian besar rakyat Timor Timur.
Itulah yang menjadi alasan pemerintah RI dan AS melancarkan Operasi Seroja pada 7 Desember 1975. Terlebih, 28 November 1975, Fretilin menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Republik Demokratik Timor Leste. Kekuatan Fretilin ternyata tak sebanding dengan angkatan perang RI yang disebut-sebut mendapat bantuan dari AS.
Malam hari pada 7 Desember 1975, Dili sudah bisa dikuasai. Tiga hari berselang, giliran kota terbesar kedua di Timor Timur, Baucau, yang direbut oleh militer Indonesia. Hanya setengah tahun sejak itu, tepatnya 17 Juli 1976, Timor Timur sepenuhnya dikuasai dan resmi menjadi bagian dari NKRI sebagai provinsi ke-27.
***
Menanggapi tekanan internasional yang meningkat, pemerintah Indonesia mengesahkan referendum di sana pada 30 Agustus 1999. Untuk menentukan masa depan Timor Lorosa’e. Hampir empat perlima pemilih mendukung kemerdekaan, dan parlemen Indonesia membatalkan pencaplokan wilayah tersebut oleh Indonesia.
Timor Lorosa’e pun dikembalikan ke status kemerdekaan sebelum menjadi bagian di Indonesia. Tetapi Timor Leste ditetapkan sebagai wilayah yang tidak berpemerintahan dengan berada di bawah pengawasan PBB.
Namun, peralihan kekuasaan itu dibarengi dengan kekerasan yang dilakukan oleh militan anti-kemerdekaan. Ratusan orang tewas, dan ribuan melarikan diri ke bagian barat pulau.
Pada April 2002, Xanana Gusmao, pemimpin Dewan Nasional Perlawanan Timor (Conselho Nacional de Resistência Timorense/CNRT), salah satu bekas kelompok oposisi, terpilih sebagai presiden pertama Timor Leste.
Tidak lama kemudian, Timor Leste tersebut mencapai status penuh sebagai negara berdaulat. Perdana Menteri José Ramos-Horta, penerima Hadiah Nobel Perdamaian 1996, terpilih sebagai presiden pada Mei 2007. Ia menggantikan Gusmao. (kmp/trt/qn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: