Cara Menjaga Kesehatan Mental selama Pandemi COVID-19
OLEH: JUNAIDI*
Apakah corona akan berakibat terhadap keadaan psikologis? Kita mungkin merasa aktivitas kita selama pandemi ini banyak yang berubah, yang mana segala aktivitas dilakaukan dengan online. Baik perkantoran, peribadahan, dan aktvitas lainnya. Kita juga mungkin sudah mulai melakukan social distancing. Mulai memisahkan diri terhadap orang disekitar dan bahkan keluarga. Meskipun COVID-19 ini adalah masalah fisik, namun tidak dapat dimungkiri bahwa pandemi ini juga mempengaruhi aspek psikologis masyarakat. Bahkan pandemi ini bisa berpegaruh ke mental healt seseorang. Pada 12 Maret 2020, WHO mengeluarkan artikel yang berisi pertimbangan dan saran-saran yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Guna menjaga mental healt di masa-masa yang stressful ini.
Dalam tingkatan individu, hal ini disebabkan karena kita dipaksa untuk masuk ke dalam fase survival. Otak kita di desain untuk terus mengecek lingkungan kita untuk menemukan potensi bahaya. Contonya, di saat kita menyeberang di jalan, kita akan lebih mudah fokus ke jalan tersebut. Ketika ada kendaraan melaju ke arah kita, pikiran kita akan terfokus terhadap kendaraan tersebut. Dalam keadaan bahaya, kesempatan kita untuk bisa survive akan naik. Disebabkan mekanisme tersebut.
Pertanyaannya, dalam persoalan corona, kita fokus terhadap apa? Ini yang menjadi persoalan. Kenapa? Karena sumber bahayanya tidak jelas. Virus ini kecil. Tidak kelihatan dengan mata kita. Dia bisa jadi ada di mana saja. Seperti di pegangan pintu, kantor, rumah, sekolah, dan lainya. Kita tahu bahwa kita berada dalam bahaya. Tapi bahayanya samar. Yang terjadi badan kita siap-siap merespons. Tapi tidak ada yang direspons. Akibatnya apa? Kita bisa jadi merasa terus waspada. Tapi tanpa sebab yang jelas. Keadaan ini juga yang akhirnya membuat orang-orang merespons dengan panik. Sehingga kita membeli hand sanitizer yang banyak tanpa peduli orang lain kebagian atau tidak.
Saat ini, kita sangat membutuhkan keputusan-keputusan yang tepat dari semua pihak. Keadaan malah seperti menggiring kita ke arah sebaliknya. Sangat penting sekali membuat kita secara mental siap untuk menghadapi wabah ini.
Oleh karena itu, saat ini kita akan belajar tips-tips merawat kesehatan mental di masa krisis.
MERAWAT HUBUNGAN
Obat utama sebagai respons stres berlebih adalah interaksi sosial dengan orang yang kita percaya. Walaupun saya berkata seperti ini, physical distancing itu penting. Tapi bukan berarti hubungan kita dengan orang-orang harus dijauhkan. Masih ada Skyep, Wa. Dengan berinteraksi dengan orang yang kita percaya, maka akan membuat kita merasa lebih tenang. Tapi jangan pastikan kita tidak menyebar berita buruk tentang corona. Berbagilah berita baik dengan mereka.
MENGAMBIL TINDAK
Jika mencuci tangan dua jam sekali bisa membuat kia lebih tenang, lakukanlah. Kalau misalnya kita tafu ada hal yang bisa kita lakukan untuk menghindarkan diri dari corona, iya lakukan. Perasaan tidak berdaya yang membuat kita stres dan khawatir berlebihan itu disebabkan oleh ketidakpastian aksi dan hasil.
Kita berhadapan dengan bahaya yang bisa dikatakan mutakhir. Tapi walaupun seperti itu, penelitian-penelitian sudah memastikan cuci tangan, memakai hand sanitizer dan menjauhkan jarak fisik terhadap orang lain untuk sementara waktu juga akan membantu kita terhindar dari virus corona.
BATASI WAKTU NONTON BERITA
Ada beberapa poin yang harus dimengerti: pertama, dalam keadaan stres dan cemas berlebihan, berita bisa memberikan dampak yang buruk. Kita akan menanggapi berita buruk dengan lebih buruk lagi.
Kedua, tidak semua berita bisa dipercaya dan relevan. Apalagi sumber berita kita adalah internet. Ada saja berita yang tidak akurat, yang ujungnya memuat hoaks. Contohnya, berita aneh virus corona bisa mati jika penderitanya makan es krim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: