Strategi Orang Tua Mendampingi Anak Belajar saat Pandemi

Strategi Orang Tua Mendampingi Anak Belajar saat Pandemi

TEKS FOTO: Irmayanti. (Ist)

OLEH: IRMAYANTI*

Suatu pagi saat menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor di rumah, saya memperhatikan interaksi dua anak tetangga. Dua orang putri usia kelas III SD itu sedang berbincang sembari salah satunya merekam aksi temannya dengan aplikasi video.

Ada tugas sekolah yang harus diselesaikan. Harus segera dikirim ke guru. Tak ada orang tua yang membantu mereka. Anak tetangga itu yatim piatu. Kedua kakak lelakinya sedang bekerja. Beruntung ada teman sepermainan yang kemudian membantunya. Salah satu potret anak Indonesia yang mampu mandiri belajar daring selama pandemi corona.

Potret lainnya, saya temui saat mengajar pada dua pekan pertama di awal 2020/2021. Pertemuan pertama kelas daring siswa saya yang setingkat SLTP hanya dihadiri 136 dari 180 siswa yang seharusnya. Ada sekitar 24 persen siswa yang tidak hadir. Saat evaluasi, ditemukan beberapa masalah krusial. Kuota internet tidak ada atau handphone yang rusak. Namun sebagian besar mengaku lupa dan terlambat karena bangun kesiangan.

Pembelajaran daring di era pandemi COVID-19 memang tidaklah mudah. Secara teknis ada banyak permasalahan yang harus segera dicari solusinya. Dari sisi kualitas, ada hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Terutama pada siswa level TK, SD, dan SLTP yang masih sangat perlu pendampingan.

KONSOLIDASI DARI RUMAH

Setiap orang tua dalam keluarga harus mengondisikan putra-putrinya pada suasana pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Menurut Cahyadi Tariawan dalam sebuah Webinar yang dilaksanakan JSIT pada 10 Juli 2020, ada empat capaian keluarga yang harus dituntaskan dalam menyambut tahun pembelajaran baru yang masih dalam suasana pandemi COVID-19.

Pertama, setiap keluarga harus selesai pemaknaannya terhadap pandemi COVID-19. Wabah ini adalah sebuah ujian dari sang Maha Pencipta yang berkuasa terhadap takdir kehidupan manusia. Ada masalah kesehatan. Ada pula dampaknya terhadap perekonomian. Tak ada yang harus diratapi dan disesali. Kelapangan setiap keluarga dalam menerima takdir adalah langkah penting menyongsong hari depan yang lebih baik. Semua anggota keluarga harus saling sinergi dan tidak saling menyalahkan satu sama lain.

Kedua, setiap keluarga harus meningkat standar kebahagiaannya. Selama pandemi corona, orang tua work from home (WFH) dan anak-anak juga belajar dari rumah. Semua berkumpul dalam keterbatasan. Tidak ada makan enak ke restoran favorit keluarga. Tidak ada rekreasi saat liburan sekolah. Standar kebahagiaan bukan lagi sekadar materi. Anggota keluarga lengkap, makan, belajar, dan ibadah bersama adalah bentuk kebahagiaan yang lain. Suasana rumah harus membahagiakan dan kondusif untuk belajar yang menyenangkan.

Ketiga, setiap keluarga harus menuntaskan konsolidasi kebutuhan. Banyak keluarga yang merasakan dampak ekonomi akibat wabah corona. Penting adanya perencanaan keuangan keluarga yang ditata ulang agar tak menimbukan konflik yang lebih besar. Orang tua harus sadar diri dan segera mencari solusi agar tak berdampak pada ketenangan anak dalam belajar.

Keempat, setiap keluarga harus efektif dalam pembagian tugas dan peran. Posisi anak yang tetap belajar dari rumah sementara orang tua telah bekerja ke kantor tentu agak merepotkan. Pembagian tugas antara ibu dan ayah serta anggota keluarga lainnya penting untuk mendukung pendampingan. Mengontrol aktivitas anak di rumah agar tidak lalai dengan jadwal pembelajaran yang seharusnya diikuti.

SINERGI ORANG TUA DAN GURU

Keberhasilan proses pembelajaran daring tidak hanya tergantung pada orang tua dan keluarga. Namun juga guru sebagai pendidik yang mengarahkan anak dalam belajar. Orang tua dapat mengamati anak secara langsung di rumah. Selanjutnya melakukan komunikasi aktif. Baik kepada anak maupun kepada guru.

Dalam komunikasi kepada anak, setiap orang tua seharusnya mengetahui jadwal pembelajaran yang dikirim guru dari sekolah. Lalu aktif menanyakan tentang proses pembelajaran yang diikuti anaknya. Bagaimana perasaan anak selama proses belajar dan apa kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Pengetahuan ini penting agar orang tua dapat langsung membimbing anak menemukan solusi dari masalahnya atau mengomunikasikan kepada guru pengajar terkait kesulitan yang dihadapinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: