Warga Balikpapan Timur Khawatir Tertular Jika Isolasi Pasien di Embarkasi Haji
Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Mediasi berlansung alot. Masyarakat Balikpapan Timur tetap bersikukuh. Menolak rencana Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Balikpapan menjadikan embarkasi haji sebagai lokasi isolasi. Yang terkonfirmasi namun tanpa gejala. Yang tidak memungkinkan karantina mandiri karena kondisi lingkungan.
Banyak hal yang dikhawatirkan masyarakat Balikpapam Timur. Mereka takut tertular. Pasalnya, asrama haji itu berbatasan lansung dengan permukiman warga. Warga yang hadir meminta pemkot mencari tempat lain sebagai alternatif.
"Anak-anak kami yang tinggal di dekat Asrama Haji ini sering bermain di Sekitar Asrama," kata Haji Nurdin, ketua RT 53 Manggar, di hadapan gugus tugas dalam mediasi yang digelar di Aula Embarkasi Haji Balikpapan, Jumat (7/8).
Virus ini sangat sensitif, lanjut Haji Nurdin. Sementara warga sekitar, tidak tahu bagaimana proses sterilisasinya. Dan masyarakat selalu ramai di lingkungan tersebut. Itu yang membuatnya cemas, sebagai warga yang tinggal di dekat embarkasi itu.
Ia memohon, pemerintah kota mencari solusi lain. Atau tempat lain untuk isolasi. "Yang jelas kami sebagai ketua RT bersama warga kami. Dengan ini menyatakan bahwa kami masih menolak," ujar Haji Nurdin.
Alasan lain, disampaikan Kasman Seto Wardana, ketua KNPI Baltim. Ia menyebut bahwa masyarakat masih kurang pemahaman. Terhadap proses penanganan pasien terkonfirmasi virus corona. Sebab selama lima bulan. Sejak virus pagebluk itu terkonfirmasi di Balikpapan, gugus tugas belum pernah melakukan sosialisasi kepada mereka.
Kasman meminta kebijakan tersebut di kaji ulang. Ia memberikan beberapa pertimbangan. Pertama, bahwa asrama haji itu berbatasan lansung dengan permukiman. Hal itu dikhawatirkan menimbulkan ketakutan. Kedua, ia mengatakan, asrama haji bukan tempat isolasi. Tapi tempat melakukan persiapan ibadah. Di samping itu, tempat tersebut sering ramai oleh masyarakat yang beraktivitas.
Perwakilan lainnya, Sakarani, tokoh masyarakat menegaskan, bahwa pada dasarnya masyarakat tetap tidak menerima. Apapun risikonya. Ia menganggap, masyarakat masih awam dengan hal tersebut. Sebab selama ini pemkot tidak pernah melakukan komunikasi sama sekali.
Sakarani tidak menyanggah pertimbangan kemanusiaan dan nurani yang disampaikan wali kota. Namun menurutnya, ada hal lain yang harus dipertinbangkan. Yakni keberadaan pedagang di sekitar asrama itu. Yang dipastikannya bakal terimbas. Belum lagi, jalan utama melewati asrama haji tersebut.
Ia mengatakan, tidak ada yang bisa menjamin sampai kapan COVID-19 ini berlangsung. Dan sampai kapan pula asrama haji itu digunakan untuk pasien terinfeksi virus corona. "Jadi kita perlu berkomunikasi yang lebih dalam kepada pemerintah kota," imbuh Sakariman. (das/eny)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: