Misteri Lesapnya Foto Pelontaran di Mina

Pada malam hari, setelah makan malam dan melaksanakan salat isya berjemaah, saya bersama istri bermaksud melihat dari dekat “bekas-bekas” insiden di lokasi kejadian. Dari pemondokan, kami berjalan kaki sekitar 250 meter. Sepatu dan sandal jemaah korban insiden tampak berserakan di mana-mana. Entah di mana pemiliknya. Di beberapa titik, terlihat bekas bercak darah yang sudah dihamburi pasir.
Sembari berjalan, kami menengok bangunan tempat pelontaran berdiri megah, kuat, dan bermandikan cahaya lampu terang-benderang. Latar belakang yang bagus untuk mengambil gambar. Begitu pikir kami.
Saya dan istri pun secara bergantian mengambil gambar menggunakan kamera handphone. Atau meminta tolong kepada jemaah yang sedang berjalan. Seperti biasa, setelah mengambil gambar, kami memeriksa kembali hasil jepretan itu. Ada puluhan gambar. Bagus-bagus. Tak ada yang aneh sampai pukul 21.30. Saat kami meninggalkan lokasi tersebut.
Keanehan itu baru tersingkap keesokan harinya. Saat kami sarapan pagi dan bermaksud mengintip foto-foto tadi malam. Tiba-tiba saja fakta itu mengganggu kenikmatan makan pagi kami. Fakta bahwa semua foto tadi malam yang kami abadikan di lokasi kejadian lesap tanpa bekas. Tanpa secuil pun jejak digital.
Rasa penasaran dan kebingungan menyatu dalam satu tarikan nafas kami. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Kenapa hanya foto-foto di lokasi insiden dekat tempat pelontaran itu yang raib dari memori penyimpanan? Kenapa ratusan bahkan ribuan foto yang lain masih utuh dan baik-baik saja?
Berlapis pertanyaan menyelimuti kesadaran kami pagi itu. Sebagaimana berlapis usaha pemeriksaan yang saya coba lakukan. Setiap kali saya periksa handphone itu, tetap saja tak ada petunjuk tentang keberadaan foto yang dimaksud. Termasuk di folder sampah yang sama sekali juga tak mampu memberi bocoran.
Masih terbayang dengan sangat jelas hasil jepretan semalam. Dengan bangunan tempat pelontaran sebagai latar belakang. Lampu yang terang benderang. Sudut pengambilan gambar yang lumayan bagus. Tadi malam kami masih sempat memeriksanya satu per satu.
Tapi pagi ini, semuanya hilang tak bersisa. Tak henti kami mengucap istighfar. Pasti ada hikmah di balik kejadian ini. Barangkali juga merupakan teguran dari Sang Pencipta. Dalam diam, saya bergumam bahwa tidaklah elok berswafoto di rumah-Nya. Juga tidak pantas menjadikan lokasi kejadian dan tempat pelontaran sebagai latar belakang.
Bukankah kedatangan kami ke tempat penuh kemuliaan ini adalah untuk memenuhi panggilan-Nya? Menumpahkan segala kerinduan yang tertahankan selama ini? Saat kesempatan itu hadir, mengapa ada “yang lain” terselip dan membentuk percabangan dalam niat kami?
“Ampuni kami ya Rabb. Cinta kami kepada-Mu dan kepada kekasih-Mu adalah energi yang membawa kami sampai ke sini. Tak ada yang lain. Tapi tarikan sisi manusiawi kami telah mendorong ke lokasi insiden dan mengambil gambar di sana,” saya kembali bergumam.
Saya yakin ada pesan di balik kejadian tersebut. Ini bukanlah fenomena yang tidak masuk akal. Melainkan akal manusia (dan kemanusiaan) belum cukup bertumbuh untuk “membaca” kejadian itu secara utuh. Wallahu a’lam bisshawab. (*Sekretaris Forum Kebangsaan dan Wakil Ketua BPW KKSS Kaltim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: