Hetifah: Jaga Mental Mahasiswa Juga Penting

Hetifah: Jaga Mental Mahasiswa Juga Penting

Samarinda, nomorsatukaltim.com- Kasus bunuh diri salah satu mahasiswa Universitas Mulawarman (Unmul), inisial BH (25), mendapat perhatian dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian. Dari daerah pemilihan (Dapil) Kaltim. Kebetulan, Komisi X membidangi tentang Pendidikan, Olahraga, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kabar tersebut juga sampai ke dirinya.

Menurut Hetifah, di masa pandemi ini, semuanya dalam kondisi sulit. Baik ekonomi hingga kesehatan. Semua penuh tekanan. Pastinya, berpengaruh pada mahasiswa juga. Masalah pembelajaran maupun akademik, bisa menambah sulit kondisi tersebut. "Dan itu semua dialami banyak orang," katanya.

Dalam hal ini, posisi kampus juga menentukan. Peran perguruan tinggi (PT) menjadi begitu penting. Dalam membangun semangat dan menjaga mental mahasiswa. Sehingga PT tak hanya menuntut prestasi akademik saja kepada peserta didiknya.

"Ini menjadi pembelajaran bagi semua PT untuk bisa memberikan perhatian kepada mahasiswanya. Dan perhatian bukan hanya terkait hasil belajar. Tapi juga tentang kesejahteraan, kehidupan sehari-hari mereka juga," ujarnya.

Bila tampak ada kemunduran hasil belajar mahasiswa, harus dicek alasannya. Mungkin saja ada sejumlah masalah yang dihadapi. Dengan begitu, PT tak hanya menuntut hasil belajar yang baik, tapi bisa mengerti dengan masalah yang dihadapi mahasiswa.

"Intinya, harus memberi perhatian esktra. Saya juga menyarankan setiap perguruan tinggi menyediakan konsultasi psikologis, seperti konseling gratis," ungkapnya.

Berita Terkait:

Momok Skripsi

Sepengetahuan politisi Golkar itu, di Unmul, telah menyediakan konseling tersebut. Namun tampaknya belum maksimal.  "Mungkin itu bisa dimaksimalkan lagi. Dihidupkan lagi. Dan diberikan channel-channel dengan mudah ke mahasiswa. Misalnya, (mahasiswa) tidak harus datang. Tapi bisa via telepon atau chat. Jadi jangan hanya fokus pada tuntutan kualitas (hasil belajar). Tapi juga harus memperhatikan semangatnya," tambahnya.

Sepengetahuannya pula, lanjut Hetifah, di Unmul ada tenggang waktu bagi mahasiswa yang masa studinya telah berakhir. Itu juga perlu disosialisasikan ke mahasiswa. Agar mengurangi beban pikiran mahasiswa tingkat akhir, yang dapat berdampak buruk bagi mahasiswa bersangkutan.

"Dari sisi waktu, mahasiswa tingkat akhir kan bisa diperpanjang (masa studinya). Itu harus disosialisasikan jika ada perpanjangan," katanya.

Lebih rinci, peran dosen pembimbing menjadi yang utama. Dalam mewujudkan PT yang peduli terhadap semangat dan mental mahasiswa. Sebab, dosen pembimbing menjadi pengganti orang tua mahasiswa di kampus. "Kontribusi dosen pembimbing itu besar sekali. Terutama bagi mereka yang kuliahnya jauh dari orang tua," tegasnya.

Selama masa pandemi, salah satu politisi perempuan senior di Indonesia ini mengaku banyak menerima keluhan dari mahasiswa. Keluhan berupa stres dan jenuh terhadap perubahan kehidupan sistem pembelajaran/perkuliahan, dari biasanya di kelas, menjadi di rumah saja, melalui daring.

Apa yang terjadi di Unmul, menjadi perhatian Hetifah, bicara kondisi pendidikan. Itu harus menjadi pelajaran seluruh PT di Indonesia. Agar tak hanya menuntut prestasi akademik, melainkan juga harus menjaga semangat dan mental mahasiswanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: