Kericuhan Massa: Analogi Kapal Induk dan Memimpin dengan Buku
Aksi mahasiswa di depan Kantor DPRD Kaltim berlangsung ricuh, pada Senin (1/9/2025).-(Disway Kaltim/ Mayang)-
BACA JUGA: Mensos: Presiden akan Mengunjungi Keluarga Korban Demonstrasi di Makassar
Lihat saja berita dan isu-isu politik belakangan ini begitu riuhnya. Bahkan, menyaingi film drama korea yang tengah digandrungi. Saling menuduh, menghujat, curiga mencurigai. Itu yang dipertontonkan.
Kemudian munculah ini: Kenaikan tunjangan anggota DPR dan cuplikan joget-joget wakil rakyat itu berseliweran di media sosial. Warga protes.
Bukan masalah angka, tapi empati.
Itu pun tidak direspons baik, malah dijawab dengan kepongahan. Maka terjadilah...
KAPAL INDUK
Sebetulnya saya banyak setuju dengan program Presiden Prabowo. Seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG) atau Koperasi Desa Merah Putih.
Tapi pendekatannya yang berbeda. Saya cenderung pendekatan partisipatif ketimbang instruktif atau terpusat begitu.
MBG bisa jadi membantu kebutuhan gizi anak-anak dan remaja bangsa. Pun mungkin akan terjadi multiplier efek yang menggerakan perekonomian lokal.
Tapi, apakah perlu menyedot anggaran jumbo secara ekstrem dan memangkas kebutuhan lainnya?
BACA JUGA: Perintah Mendagri untuk Pejabat di Daerah: Dilarang Flexing, Dilarang ke Luar Negeri
Padahal bisa saja progam MBG itu dilakukan bertahap dan jangka panjang. Tidak sekadar mengejar target dan angka-angka yang nanti memunculkan gejolak baru.
Saya cenderung lebih sependapat kalau MBG melibatkan pemerintah daerah dan stakeholder lainnya.
Toh, pemerintah daerah lebih tahu kondisinya.
Libatkan juga para pelaku-pelaku usaha dan komunitas setempat, program CSR perusahaan.
Sebagai contoh di Samarinda, setiap Jumat sudah ada beberapa masjid yang melakukan pemberian makan gratis. Biayanya sumbangan warga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
