BERAU, NOMORSATUKALTIM - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Berau menegaskan komitmennya menjaga stabilitas ketahanan pangan daerah di tengah ancaman pemangkasan anggaran.
Kepala DTPHP Berau, Junaidi memastikan, program ketahanan pangan di Berau tetap berjalan di tengah ancaman pemangkasan anggaran berkat turunnya APBD 2026 mendatang.
"Penyesuaian anggaran diperkirakan berdampak langsung pada sejumlah program pertanian, terutama dukungan sarana dan prasarana bagi petani," kata Junaidi, Minggu 30 November 2025.
Pihaknya telah menyiapkan langkah strategis agar kegiatan pertanian tetap berjalan. Salah satunya adalah mengajukan berbagai kebutuhan dan program prioritas kepada Kementerian Pertanian melalui Bapelitbang Berau.
BACA JUGA: Serapan Anggaran di Berau Baru 60 Persen, Tak Ada Pilihan Selain Kebut Program
“Kegiatan pertanian tidak boleh berhenti. Ini menyangkut kebutuhan masyarakat. Karena itu, semua usulan untuk menopang tanaman pangan dan sarana prasarana sudah kami masukkan,” ujarnya.
Menurutnya, program-program yang selama ini dikelola kabupaten berpotensi terdampak pemangkasan. Namun, ia berharap dukungan kementerian dapat menutupi kekurangan melalui program bantuan pusat.
"Salah satu fokus utama adalah keberlanjutan Brigade Pangan, yang terdiri dari lima kelompok besar di Labanan Jaya, Gunung Tabur, Sambaliung, Semurut, dan Buyung-Buyung," bebernya.
Kelompok-kelompok ini menjadi motor peningkatan ketahanan pangan, sehingga perlu pendampingan rutin dan fasilitas pendukung.
BACA JUGA: Produksi Rumput Laut Berau Masih Bertumpu di Karangan, Warga Belum Minat Budi Daya
"Untuk itu, kami mengusulkan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang mendesak, seperti mesin pengering padi kapasitas 6 dan 10 ton, dryer jagung 10 ton, rice transplanter, alat tanam, hingga combine harvester," ungkapnya.
Pihaknya juga mengajukan bantuan pupuk, bibit, obat-obatan pertanian, serta benih padi dan jagung untuk mendukung peningkatan intensitas tanam.
"DTPHP menargetkan agar petani dapat meningkatkan musim tanam dari sekali setahun menjadi dua bahkan tiga kali, sesuai kondisi lahan," ujarnya.
Ia menilai, bahwa peningkatan indeks pertanaman ini menjadi kunci menjaga ketersediaan pangan lokal.